Merdeka.com - Rencana pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM jenis Premium dengan memberlakukan mekanisme dua harga, dinilai tidak akan mendorong inflasi atau kenaikan harga secara signifikan. Pasalnya, kenaikan harga hanya pada kelompok menengah ke atas.

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, Sofyan Basyir, mengatakan subsidi BBM yang selama ini diberikan untuk jenis Premium terbilang salah sasaran.

"(Harga Premium naik) Alhamdulillah, kenaikan BBM kenapa? Karena subsidi kurang. Orang-orang yang pendapatan cukup, memang harus bayar (lebih), karena masa yang punya mobil, diberikan lebih besar daripada orang miskin. BLT (bantuan langsung tunai) orang tidak setuju, tapi orang kaya dikasih subsidi BBM mau, masa gitu," papar Sofyan di Gedung BRI 1, Jakarta, Jumat (19/4).

Sofyan mengakui sistem ini akan sangat berdampak pada mayoritas kelas menengah, dari sisi daya beli yang menurun. Bahkan bukan akan inflasi, justru akan terjadi deflasi atau penurunan harga akibat untuk mengimbangi daya beli yang menurun ini.

"Kok terjadi inflasi? Apa gak kebalik? Justru daya beli orang yang middle class ini berkurang. Sehingga daya beli yang berkurang untuk yang middle class ini. Kalau perlu harga barang diturunkan, kan daya belinya berkurang kan," jelas Sofyan.

Inflasi justru akan signifikan apabila kenaikan harga BBM diberlakukan untuk semua kalangan. Penghematan ini seharusnya dapat digunakan pemerintah untuk membantu rakyat miskin. Sofyan tidak mematok bantuan tersebut harus berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT).

"Menurut saya yang gurem masih harus dikasih bantuan, nelayan miskin yang lagi musim berat, saya sih sepakat untuk tetap diberikan bantuan. Kenapa sih pada jealous sama orang miskin?," tutup Sofyan.