Pilih tol atau angkutan massal?
Merdeka.com - Aksi Menteri Badan Usaha Milik Negara yang langsung turun tangan mengurai kemacetan di pintu tol Semanggi, beberapa waktu lalu, dijawab oleh PT Jasa Marga sebagai pengelola jalan tol dengan menerapkan contra flow di ruas jalan tersebut untuk mengurangi kemacetan saat pagi hari di ruas Cawang sampai Semanggi.
Selain contra flow, PT Jasa Marga juga mengajukan konsep pembangunan jalan layang tol di ruas Cibubur-Semanggi untuk mengurai kemacetan di dalam tol Jakarta. Saat ini perusahaan pelat merah tengah mengajukan kajian pada Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), dengan perkiraan dana pembangunan mencapai Rp 4,8 triliun.
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia Danang Parakesit menilai pembangunan jalan tol di dalam Jakarta bukan solusi yang tepat. Pemerintah harusnya fokus untuk membenahi transportasi umum. Paling tidak dalam jangka pendek, pemerintah harus menambah armada angkutan umum yang nyaman seperti bus sebanyak 20.000 unit.
"Seharusnya solusi jalan tol itu pilihan terakhir. Kita bisa maksimalkan dulu angkutan umum. Ini solusi paling ideal," kata Danang ketika dihubungi merdeka.com, Selasa (10/7).
Dia mengatakan yang harus dilakukan pemerintah adalah segera menuntaskan proyek jalan lingkar luar Jakarta tanpa mengganggu arus jalan dalam kota. Selain itu, pemerintah juga bisa mengkombinasikan angkutan umum bus dengan memperbanyak kereta komuter, bus Transjakarta dan MRT. "Dengan 3 sistem angkutan umum ini maka bisa jadi solusi ideal mengatasi kemacetan Jakarta. Biayanya juga tidak besar," katanya.
Kepolisian Daerah Jakarta memprediksikan pertumbuhan jumlah kendaraan meningkat sekitar 10 sampai 12 persen atau bertambah 1,3 juta unit kendaraan jenis mobil dan sepeda motor di wilayah DKI Jakarta selama 2012. Saat ini, berdasarkan data Direktur Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Metro Jaya, jumlah total kendaraan di wilayah Jakarta,Depok, Tangerang, Bekasi dan Karawang mencapai 13.347.802 unit yang beroperasi pada 2011.
Ketua Umum Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) Fatchur Rochman mengungkapkan kerugian akibat kemacetan karena minimnya infrastruktur jalan tol di Jakarta mencapai Rp 8 triliun per tahun. "Yang menanggung kerugian tidak hanya pengusaha yang berinvestasi saja, namun pemerintah dan masyarakat juga," ujarnya beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan kemacetan yang terjadi di Jakarta semakin menambah biaya ekonomi dan menghabiskan banyak waktu. Kecepatan rata-rata kendaraan saat ini hanya 33 kilometer per jam. Jika pembangunan jalan tol masih terhambat maka pada 2014, diprediksi kecepatan rata-rata laju kendaraan di Jakarta bisa hanya 5 kilometer per jam. Pihaknya tidak yakin pada 2014 target pembangunan 24 ruas jalan tol sepanjang 908 km akan tercapai. "Target sebelumnya saja sudah dikurangi jadi 950 km," katanya.
Saat ini, pertumbuhan infrastruktur tol di Indonesia adalah terendah di Asia. Indonesia hingga saat ini baru memiliki 700 km tol sejak tahun 1983. Sementara China telah mempunyai 20.000 km tol. Bahkan di India, pembangunan jalan tol bisa 20 km per hari.
(mdk/rin)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kata Jokowi Jakarta telah memiliki sejumlah transportasi massal tapi masih aja macet
Baca SelengkapnyaDaftar lengkap tarif tol Trans Jawa 2024 untuk mudik lebaran.
Baca SelengkapnyaJasa Marga memberikan imbauan kepada pengguna jalan untuk mengantisipasi kemacetan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jasa Marga kembali memberikan diskon tarif tol trans jawa untuk pengendara mobil dari arah Semarang menuju Jakarta.
Baca SelengkapnyaSebuah mobil terguling di jalan Tol Jakarta - Cikampek (Japek) arah Bandung di KM 57, Selasa (9/4).
Baca SelengkapnyaUntuk mengurai kemacetan yang hingga kini masih terjadi, polisi saat ini tengah melakukan sistem Contraflow.
Baca SelengkapnyaCak Imin menilai pemerintah harus mampu memastikan akses transportasi yang memadai dan terjangkau bagi masyarakat.
Baca SelengkapnyaMeski contraflow dihentikan, namun penerapan one way dari Kilometer 414 Gerbang Tol Kalikangkung ke Kilometer 72 Tol Cipali masih diberlakukan.
Baca SelengkapnyaIni berbeda jika dibandingkan dengan arus mudik 2023, di mana masyarakat banyak memilih siang hari.
Baca Selengkapnya