Pengusaha Harap Tak Ada Lagi Kampanye Negatif Kelapa Sawit
Merdeka.com - World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia merevisi imbauan terkait sawit yang tertuang dalam infografis yang berjudul Nutrition Advice for Adults During Covid-19 yang diterbitkan oleh Kantor Regional WHO Mediterania Timur edisi 7 Mei 2020.
Dalam infografis itu, WHO menganjurkan kepada masyarakat khususnya orang dewasa untuk tidak mengonsumsi makanan yang mengandung saturated fats (lemak jenuh) seperti minyak sawit dan minyak kelapa.
Namun kini, WHO regional Mediterania Timur telah menghapuskan informasi yang mencantumkan do not eat saturated fats atau tidak mengonsumsi makanan dari minyak sawit dengan kata eat less saturated fats.
Perbaikan himbauan itu dilakukan setelah Pemerintah Indonesia dan Malaysia bersama para pemangku kepentingan industri sawit melakukan protes keras terhadap WHO.
Ketua Umum DMSI (Dewan Minyak Sawit Indonesia), Derom Bangun menyambut baik langkah WHO yang telah merevisi imbauan negatif dalam infografis tersebut.
"Saat ini palm oil atau minyak sawit tidak ada tertulis lagi. Kalau minyak kelapa yang semula tertulis sekarang masih tertulis," kata Derom di Jakarta.
Derom mengharapkan, ke depan organisasi dunia tidak lagi mengulang pernyataan negatif yang berpotensi merusak industri sawit sebagai industri strategis Indonesia terutama di tengah pandemi saat ini. "Minyak sawit sehat karena punya kandungan berimbang antara saturated dan monounsaturated," kata dia.
Sementara itu, Pengamat Pertanian Sri Raharjo mengatakan minyak sawit merah alami atau Virgin Red Palm Oil (VRPO) punya kandungan asam palmitat yang merupakan lemak jenuh dan salah satu komponen dominan di dalam minyak sawit.
"Asam palmitat berperan penting dalam memberikan perlindungan terhadap paru-paru yang sehat dan merupakan komponen utama dari senyawa fosfolipida yang melapisi dinding bagian dalam rongga alveoli paru-paru," kata dia.
Ekspor Kelapa Sawit Anjlok
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyebut wabah virus corona sebabkan ekspor kelapa sawit ke China turun hingga 77 persen.
"Hingga Februari ini, ekspor kelapa sawit dan produk turunannya hanya 84 ribu ton. Padahal, pada periode yang sama di 2019 dapat mencapai 371 ribu ton," jelas Syahrul dalam Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR RI pada Senin (17/02/2020).
Syahrul juga menyatakan pihaknya telah melakukan antisipasi terkait penurunan ekspor ke China.
"Antisipasi melalui koordinasi dengan eksportir untuk memanfaatkan pasar ekspor alternatif, seperti India, Timur Tengah, dan Rusia," jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono mengatakan, ekspor kelapa sawit dan turunannya ke negara lain tetap mengalami peningkatan.
"Seperti ke India misalnya, itu kita positif. Jadi ini cuma ke Cihna saja yang negatif," kata Kasdi di lokasi yang sama." jelasnya.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Produksi Kelapa Sawit Indonesia Diprediksi Turun di 2024, Ini Faktor Penyebabnya
Tantangan kedua, yaitu tidak jelasnya kepastian hukum dan kepastian berusaha.
Baca SelengkapnyaPrabowo: Tidak Lama Lagi Kita Bisa Swasembada Energi
Prabowo mengklaim rencana itu dapat terealisasi dengan memanfaatkan hasil produksi kelapa sawit yang jadi salah satu andalan Indonesia.
Baca SelengkapnyaPemerintah Berencana Naikkan Dana Peremajaan Sawit Jadi Rp60 Juta Per Hektare
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin rapat di Istana Negara untuk membahas sejumlah isu penting terkait kebijakan sawit di Indonesia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Curhat Pengusaha Minuman Ringan Makin Terpuruk: Kondisi Industri Ini Sangat Menyedihkan
Selama masa pandemi pada 2020-2021 merupakan masa-masa sulit bagi industri minuman di dalam negeri.
Baca SelengkapnyaKinerja Industri Pembiayaan Diprediksi Tumbuh Hingga 16 Persen di 2024
Industri pembiayaan diprediksi akan terus meningkat tahun ini.
Baca SelengkapnyaDidorong Konsumsi Pemilu, Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh 5,5 Persen di 2024
penyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Baca SelengkapnyaFenomena Baru, Banyak Pengusaha Indonesia Pilih Terjun ke Bisnis Kuliner Ketimbang Garap Sumber Daya Alam
Padahal, banyak jenis usaha atau bisnis yang bisa dikembangkan karena memiliki sumber daya yang luar biasa.
Baca SelengkapnyaMenguak Jejak Kejayaan Perkebunan Kapuk di Tanah Jawa, Dulu Mampu Memenuhi 85 Persen Kebutuhan Kapuk Dunia
Industri kapuk mengalami kemunduran karena masyarakat lebih suka memakai Kasur dengan bahan dasar busa dan pegas.
Baca SelengkapnyaMedia Sosial Mulai Hangat Jelang Pemilu 2024, Ini Pesan Kapolri
Jenderal Bintang Empat tersebut pun mewanti-wanti pentingnya menjaga kerukunan dan perdamaian selama proses pemilu.
Baca Selengkapnya