Penduduk miskin melonjak akibat berkurangnya jumlah petani
Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) memotret peralihan besar-besaran masyarakat berprofesi sebagai petani dalam 10 tahun terakhir. Hal itu berdampak langsung pada peningkatan jumlah penduduk miskin, terutama antara periode Maret 2013 dan Maret 2014.
Dalam kurun waktu tersebut, penduduk miskin melonjak 110.000 jiwa. Bila ditinjau dari September 2013 ke Maret 2014, memang ada penurunan warga miskin 320.000 orang, tapi itu lebih didorong akibat dimulainya musim tanam akhir triwulan I tahun ini.
Artinya, warga hampir miskin, yang kini turun kelas secara hakiki bertambah dibanding tahun lalu. Kemungkinan pertama, disebabkan oleh faktor alam.
"Kalau dibandingkan Maret 2013, ada sedikit kenaikan terutama di sektor pertaniannya. Ini karena ada pergeseran. Kan awal tahun ini ada hujan deras, musim tanamnya berubah, sehingga yang bekerja berkurang, maka terjadilah peningkatan penduduk miskin," kata Kepala BPS Suryamin di kantornya, Jakarta, Senin (1/7).
Kemungkinan kedua, disebabkan peralihan profesi para petani ke sektor-sektor lain, entah itu jasa, perdagangan, atau menjadi buruh pabrik. Hal ini juga terpotret dalam pendalaman sensus pertanian 2013. Dalam 10 tahun terakhir, jumlah rumah tangga petani untuk komoditas padi, jagung dan kedelai anjlok.
Pada 2003, masih ada 1 juta petani menggarap lahannya dengan kedelai. Kini, tinggal tersisa 700.000 rumah tangga, alias anjlok 31,9 persen. Untuk penggarap padi, anjloknya 0,41 persen, menyisakan 14,1 juta rumah tangga saja yang masih menanam bahan pangan pokok tersebut. Setali tiga uang, petani jagung turun 20 persen, menyisakan 5,1 juta rumah tangga saja, dibandingkan satu dekade lalu.
"Dalam produksi mereka yang biasanya bekerja di sektor pertanian berkurang," kata Suryamin.
Sebelumnya, BPS mengumumkan garis kemiskinan nasional per Maret 2014 kini naik 11,45 persen dibanding September 2013, menjadi Rp 302.732 per kapita per bulan. Koefisien gini masih bertahan di level 0,41. Adapun jumlah penduduk miskin hingga Maret lalu sebesar 28,2 juta orang, alias 11,25 persen dari total populasi.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada Desember 2023, NTP Provinsi Sulawesi Tengah mengalami kenaikan tertinggi mencapai 2,22 persen dibandingkan NTP provinsi lainnya.
Baca SelengkapnyaSejumlah makanan dan minuman yang kita konsumsi ternyata bisa mengganggu upaya kita untuk berhenti merokok.
Baca SelengkapnyaPuncak arus mudik diprediksi terjadi pada H-2 Lebaran atau 8 April 2024, dengan porsi 13,74 persen atau setara 26,6 juta pergerakan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ternyata ukuran otak generasi muda lebih besar dari generasi sebelumnya. Ini dampak bagi kesehatan.
Baca SelengkapnyaKPPU tengah menelusuri data mengenai persaingan usaha untuk mencari tahu penyebab harga beras meroket.
Baca SelengkapnyaDari hasil rekapitulasi jumlah kendaraan pada arus mudik dari Merak ke Bakauheni yang didata Polda Banten sebanyak 259.216 kendaraan bermotor.
Baca SelengkapnyaBegini penampakan jejak kaki misterius di Pantai Maroko milik salah satu manusia purba tertua.
Baca SelengkapnyaKereta api masih menjadi moda transportasi pilihan masyarakat saat bepergian.
Baca SelengkapnyaSesuai data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Januari hingga Februari terjadi defisit ketersediaan beras dari petani sebesar 2,7 juta beras.
Baca Selengkapnya