Merdeka.com - Setelah menjadi bank terbesar seluruh Indonesia, Bank BRI kini mengaku telah semakin efisien selama enam bulan terakhir. Hal tersebut ditunjukkan dengan rasio tingkat efisiensi BRI selalu di bawah rata-rata perbankan.

Tingkat efisiensi perbankan ditentukan berdasarkan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) yaitu didapat dari biaya operasional dibanding pendapatan operasional. Dalam peraturan Bank Indonesia, ditentukan batasan untuk efisiensi adalah 80 persen.

Dalam siaran pers yang diterima merdeka.com, BRI mengklaim pihaknya berada di bawah rata-rata BOPO perbankan. Sekretaris Perusahaan BRI Muhamad Ali mengatakan sejak tahun 2007, BOPO BRI berada pada kisaran 69,8 persen. Sementara rata-rata perbankan nasional sebesar 84,05 persen.

Di tahun 2011, BOPO BRI semakin turun yaitu pada level 66,69 persen. Pada triwulan ke dua tahun ini, BOPO BRI berada pada 61,81 persen. Hal tersebut di bawah rata-rata perbankan yang berada pada level 76,75 persen.

Ali mengatakan, hal tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan pendapatan operasional yang berasal dari pendapatan bunga kredit usaha mikro yang semakin meningkat.

"Ada peningkatan pendapatan bunga seiring pertumbuhan kredit pada konsumen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)," ujar Ali dalam siaran persnya, Rabu (5/9).

Selain itu, lanjut Ali, efisiensi tersebut juga berasal dari Fee Based Income (FBI) dari e-channel pada internet banking dan trade finance. Pendapatan biaya dasar tersebut telah meningkat 13,8 persen menjadi Rp 1,8 triliun pada triwulan ke dua tahun ini.

Peningkatan biaya tersebut didukung oleh sumbangan dari ATM yang sebesar Rp 160,7 miliar hingga triwulan dua tahun ini. Sementara kontribusi trade finance adalah sebesar Rp 97,5 miliar.

Di samping itu, rasio kredit macet yang menurun menjadi 3,64 juga telah menekan biaya operasional.