Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pemerintah Sebut Sinyal Pemulihan Ekonomi Makin Menguat di Kuartal II-2021

Pemerintah Sebut Sinyal Pemulihan Ekonomi Makin Menguat di Kuartal II-2021 Menko Airlangga Hartarto. ©2019 Foto: Lutfi/Humas Ekon

Merdeka.com - Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut, sinyal pemulihan ekonomi sudah semakin menguat di kuartal II-2021. Hal ini tercermin dari berbagai indikator ekonomi yang dipantau pemerintah telah menunjukkan sinyal penguatan dibandingkan kuartal I-2021.

Dia mengatakan momentum akselerasi pemulihan ekonomi melalui penguatan permintaan terus berlanjut. Indikasi ini tercermin dari perkembangan Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) yang tercatat meningkat dari 0,13 persen (mtm) pada April 2021 menjadi 0,3 persen (mtm) pada Mei 2021.

Secara bulanan, inflasi Mei 2021 utamanya disumbang oleh komponen inti sebesar 0,16 persen disusul komponen administered price (0,09 persen) serta volatile food (0,07 persen). Secara tahunan, inflasi inti mengalami peningkatan signifikan dari 1,18 persen (yoy) pada April 2021 menjadi 1,37 persen (yoy) pada Mei 2021, sekaligus memutus tren penurunan yang terjadi sejak Maret 2020.

Peningkatan signifikan dari inflasi inti menjadi indikasi kuat bahwa perbaikan permintaan terus berlanjut, sejalan dengan momentum pola musiman Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Idulfitri. Momentum ini tentunya perlu terus dijaga dan diakselerasi dengan berbagai insentif kebijakan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

"Momentum pemulihan ini berhasil dipertahankan dengan dukungan dari program vaksinasi yang memulihkan kepercayaan masyarakat," ujarnya dalam keteranganya, Kamis (3/6).

Pemulihan kepercayaan masyarakat yang mendorong perbaikan permintaan domestik terus direspon positif oleh industri dengan meningkatkan aktivitas produksinya. Terbukti PMI Manufaktur yang terus meningkat ke level 55,3 di Mei 2021, naik dari posisi 54,6 pada April 2021, dan mencatat rekor survei tertinggi baru selama tiga bulan berturut-turut

Data bulanan PMI dari IHS Markit menunjukkan bahwa PMI Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain yang diukur oleh IHS Markit, yakni berada di atas 50,0 atau di level ekspansi yang menunjukkan perbaikan atau peningkatan dari bulan sebelumnya. Indonesia mencapai yang tertinggi yaitu 55,3, disusul Korea Selatan (53,7), kemudian Vietnam (53,1), Jepang (53,0), dan China (52,0). Sedangkan, Filipina ada di angka 49,9 dan Thailand 47,8.

Di sini, permintaan baru, output, dan pembelian naik pada tingkat yang belum pernah terjadi selama 10 tahun sejarah survei, sementara ketenagakerjaan kembali bertumbuh setelah 14 bulan untuk memenuhi kebutuhan kapasitas operasional yang meningkat. PMI Manufaktur Indonesia pada posisi Mei 2021 ini merupakan yang tertinggi sejak survei pertama kali dilakukan pada April 2011.

"Peningkatan PMI Manufaktur Indonesia menunjukkan bahwa sektor industri mulai bangkit, dan ini makin menambah optimisme dan keyakinan akan kenaikan pertumbuhan ekonomi di Triwulan II-2021," ujar Menko Airlangga.

Kalau dilihat dari jenis industrinya, Industri Pengolahan masih akan berperan penting dan mendominasi perekonomian Indonesia. Dalam struktur PDB Indonesia berdasarkan lapangan usaha, pada Kuartal I-2021, Industri Pengolahan berkontribusi sebesar 19,84 persen. Dari keseluruhan subsektor industri, yang mempunyai kontribusi terbesar terhadap PDB Industri Pengolahan Non-Migas adalah subsektor Industri Makanan dan Minuman (37,98 persen), diikuti subsektor Industri Kimia, Farmasi, dan Obat (11,23 persen).

Di sisi lain, peningkatan impor barang modal sebesar 11,55 persen (yoy) dan bahan baku/penolong sebesar 33,24 persen (yoy) di April 2021 pun ikut berkontribusi terhadap peningkatan aktivitas manufaktur Indonesia. Kondisi input produksi dan permintaan global yang terus membaik akan memberikan peluang terhadap prospek kinerja ekspor Indonesia ke depannya.

Peningkatan indikator ekonomi dari sisi inflasi dan aktivitas manufaktur tersebut juga memberi sinyalemen positif di pasar modal pada awal Juni ini. Per 2 Juni 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat sebesar 1,41 persen (dtd) ke level di atas 6.000, yakni tepatnya di level 6.031,58. Sentimen positif ini juga membuat nilai tukar rupiah tetap bertahan di level Rp14.280/USD.

Kemudian, stimulus sektor otomotif yang diberikan sejak Maret 2021 juga berhasil mendongkrak penjualan mobil sebesar 227,5 persen (yoy) di April 2021. Sejalan dengan itu, penjualan motor turut mengalami peningkatan sebesar 282 persen (yoy) di bulan yang sama.

Sinyal penguatan daya beli masyarakat juga tercermin dari pertumbuhan signifikan pada peredaran uang kartal serta uang beredar M1 dan M2. Menjelang lebaran, uang kartal meningkat pesat sebesar 15,32 persen (yoy) dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 11,3 persen. Sementara, uang beredar M1 meningkat 17,4 persen (yoy) pada April 2021 jika dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 8,4 persen, dan M2 meningkat 11,5 persen (yoy) pada April 2021 daripada periode sama tahun lalu sebesar 8,6 persen .

Peran digitalisasi tak ayal juga semakin terasa yang ditunjukkan dari peningkatan pertumbuhan belanja nasional menggunakan platform e-commerce sebesar 62 persen pada Mei 2021. Berdasarkan nilai transaksi menggunakan kartu ATM/Debet untuk belanja pada April 2021 terjadi peningkatan sebesar 92,16 pesen (yoy), sementara pertumbuhan nilai transaksi menggunakan kartu kredit untuk belanja tumbuh sebesar 27,32 persen (yoy).

"Berbagai perkembangan positif ini akan mendukung perekonomian untuk tumbuh di atas 7 persen (yoy) pada Triwulan II-2021. Proyeksi ini juga telah mempertimbangkan faktor basis yang rendah pada Triwulan II-2020 lalu (low base effect), juga faktor membaiknya berbagai indikator ekonomi," tutupnya.

(mdk/azz)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Ekonomi Indonesia Tahun 2023 Malah Melemah di Tahun Politik, Ada Apa?

Ekonomi Indonesia Tahun 2023 Malah Melemah di Tahun Politik, Ada Apa?

Persiapan pemilu juga ikut memengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2023.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Kuartal III-2023 Turun, Masyarakat Lebih Banyak Bayar Cicilan Dibanding Belanja

Ekonomi Kuartal III-2023 Turun, Masyarakat Lebih Banyak Bayar Cicilan Dibanding Belanja

Indef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.

Baca Selengkapnya
Kinerja Industri Pembiayaan Diprediksi Tumbuh Hingga 16 Persen di 2024

Kinerja Industri Pembiayaan Diprediksi Tumbuh Hingga 16 Persen di 2024

Industri pembiayaan diprediksi akan terus meningkat tahun ini.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Penerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun

Penerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun

Mayoritas jenis pajak utama tumbuh positif sejalan dengan ekonomi nasional yang stabil.

Baca Selengkapnya
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diyakini Bakal Naik Usai Pemilu 2024

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diyakini Bakal Naik Usai Pemilu 2024

Terdapat empat aspek yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia ke depan.

Baca Selengkapnya
Jokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023

Jokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023

Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).

Baca Selengkapnya
Didorong Konsumsi Pemilu, Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh 5,5 Persen di 2024

Didorong Konsumsi Pemilu, Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh 5,5 Persen di 2024

penyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.

Baca Selengkapnya
Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lebih Baik Dibanding AS dan China

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lebih Baik Dibanding AS dan China

Artinya, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi dan angka inflasi relatif bagus dan rendah.

Baca Selengkapnya
Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya

Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya

Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.

Baca Selengkapnya