Pemerintah berulang kali tebar ancaman tutup Freeport
Merdeka.com - Pembahasan keberadaan PT Freeport Indonesia kembali menyita perhatian. Terutama setelah pekan lalu pemerintah memutuskan memperpanjang masa pembahasan MoU kontrak karya dengan perusahaan yang berafiliasi dengan Freeport-McMoran di Amerika Serikat. Bersamaan dengan itu pula, pemerintah memperpanjang izin ekspor konsentrat bagi Freeport yang seharusnya habis akhir pekan lalu.
Bicara soal Freeport selalu menarik. Terlebih, selama ini Freeport sudah meraup banyak keuntungan dari pengelolaan tambang emas di Papua. Itu diakui Menteri ESDM Sudirman Said.
"Mereka kan sudah lama di sini, sudah banyak juga lah (kekayaan alam Indonesia) yang diambil. Jadi kalau kita sekarang punya pemikiran yang lebih baik untuk negara dan tidak merugikan mereka, seharusnya tidak masalah," ujarnya saat ditemui di Kantor Presiden, Jakarta, Sabtu (24/1).
Sampai saat ini, proses renegosiasi kontrak karya Freeport belum juga disepakati. Baru dua dari enam poin renegosiasi yang sudah disepakati. Sisanya masih deadlock. Di sisi lain, Freeport menghendaki pemerintah mengizinkan perpanjangan kontrak pengelolaan tambang di Papua hingga 2041. Pemerintah belum memberikan lampu hijau untuk persoalan perpanjangan izin Freeport.
Renegosiasi kontrak karya dimulai sejak pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun hingga saat ini belum juga membuahkan hasil. Bahkan, pemerintah berulang kali menebar ancaman bakal menutup Freeport.
Ancaman menutup Freeport disebut hanya gertak sambal. Sebab, pemerintah masih melunak dengan tidak merealisasikan itu dengan banyak pertimbangan. Padahal, Freeport dinilai sudah banyak merugikan Indonesia dan membandel dengan tidak menuruti Undang-Undang yang berlaku.
Merdeka.com mencatat, berulang kali pemerintah menebar ancaman menutup Freeport. Sejak era pemerintahan SBY hingga pemerintahan Jokowi. Berikut paparannya.
Jokowi berani tutup Freeport
Keputusan pemerintah memperpanjang waktu renegosiasi kontrak karya dengan PT Freeport Indonesia sekaligus memperpanjang izin ekspor konsentrat perusahaan tersebut, menimbulkan tanda tanya. Kedigdayaan Amerika Serikat disebut-sebut melatarbelakangi keputusan itu.
Namun Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyanggah dengan menyebut bahwa dia tidak pernah takut dengan kekuatan Amerika Serikat. Sudirman mengklaim, kebijakan yang dikeluarkan kabinet Jokowi-JK tak dipengaruhi siapapun.
"Ada orang berpendapat bila Freeport tidak tutup itu karena takut dengan negara AS. Itu harus diubah. Kami tidak punya ketakutan dengan siapapun," ucap Sudirman di DPR, Senin (26/1) malam.
Sudirman sesumbar, Presiden Joko Widodo bisa dan berani memberikan status default (tutup) kepada Freeport. "Pak Presiden justru lebih kencang soal ini. Beliau siap dengan default dan tarik diri. Tapi itu kan keputusan politik," tegasnya.
Putus kontrak jika bandel
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membantah telah memperpanjang kontrak karya PT Freeport Indonesia di Papua. Pemerintah hanya memperpanjang kesepakatan atau Memorandum of Understanding (MoU) syarat ekspor konsentrat.
Dirjen Minerba Kementerian ESDM, Sukhyar mengatakan saat ini pemerintah belum selesai menggodok amandemen kontrak karya. Namun, dalam proses ini, Freeport diakui terus menagih kejelasan perpanjangan kontrak hingga 2041 mendatang.
Hingga saat ini pemerintah belum memberi kepastian soal perpanjangan kontrak hingga 2041. Pemerintah masih menunggu sikap baik Freeport agar mengikuti aturan pemerintah.
Sukhyar mengaku tidak akan lemah melawan Freeport. Dalam MoU saja, jika Freeport tidak menunjukkan bangun smelter maka operasinya akan dihentikan. "Bisa kita hentikan kalau mereka ternyata bandel," ucapnya.
Hatta Rajasa ancam setop produksi Freeport
Akhir Juli 2013, Menko Perekonomian pemerintahan SBY, Hatta Rajasa menebar ancaman pada PT Freeport Indonesia dan perusahaan tambang lain yang tidak mematuhi amanah UU Minerba. Saat itu, Hatta mengatakan, jika perusahaan-perusahaan tambang tidak membangun smelter, maka pemerintah akan memaksa perusahaan tambang untuk berhenti produksi.
"Yang tidak bikin smelter silakan tutup saja produksinya," ujar Hatta saat ditemui di Hotel Grand Cempaka, Jakarta, Rabu (31/7).
Namun, ancaman tersebut seolah hanya gretak sambal setelah pemerintah kemungkinan akan memberikan dispensasi kepada Freeport. Freeport meminta dispensasi baru bisa membangun pabrik pengolahan pada 2016. Sebab, saat ini Freeport baru bekerja sama dengan PT Indosmelt untuk membangun smelter yang akan selesai pada tahun 2016.
Hatta pun melunak. Dia mengatakan bahwa pemerintah masih memberikan keringanan kepada Freeport dan memperbolehkan ekspor bahan mentah hasil tambangnya, apabila belum bisa sepenuhnya diolah di dalam negeri.
M.S Hidayat persilakan Freeport hengkang
Menteri Perindustrian era pemerintahan SBY, MS Hidayat pernah menyindir perusahaan tambang, khususnya asing yang berkukuh menolak aturan membangun smelter. Dua perusahaan yang selama ini ngotot keberatan dengan implementasi UU Nomor 4 Tahun 2009 soal larangan ekspor bahan mentah adalah PT Freeport Indonesia dan PT Newmont.
Hidayat mengaku sempat mendengar ada ancaman aneh-aneh dari perusahaan asing itu. Semisal, jika hilirisasi diwajibkan tahun depan, akan banyak operator tambang memilih hengkang dari Indonesia.
"Saya sempat dengar pernyataan, aturan (hilirisasi) akan membuat banyak perusahaan keluar, saya persilakan Anda meninggalkan Indonesia, jika itu memang harga yang harus Anda bayar untuk melawan hukum," ujar Hidayat di kantornya, Rabu (14/8).
Dia menegaskan, tidak ada hak khusus bakal diberikan pada Freeport, maupun Newmont yang juga sudah mengisyaratkan ogah mengikuti aturan. "Tidak ada perusahaan di Indonesia yang dapat privilege untuk menentang UU, termasuk Freeport dan Newmont," tegasnya.
Kalaupun nanti, produksi tambang turun karena hilirisasi, pemerintah akan mempertimbangkan kebijakan alternatif. Namun Hidayat mengingatkan Freeport dan Newmont agar menunjukkan itikad baik menaati aturan pemerintah untuk mengolah konsentrat tambang di dalam negeri.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Diapit Pegunungan, Begini Potret Kamar Karyawan PT Freeport Bikin Nyaman
Intip potret kamar karyawan PT Freeport di dalamnya ada ranjang susun beserta kasurnya untuk 4 karyawan.
Baca SelengkapnyaIndonesia Siap Kuasai 61 Persen Saham Freeport
Indonesia mendominasi saham Freeport, pekerja lokal terus bertambah.
Baca SelengkapnyaPerpanjangan Kontrak Freeport Hingga 2061 Disebut Terburu-buru, Erick Thohir Beri Penjelasan Begini
Erick mengatakan, jika Freeport ingin mengembangkan potensi, maka perusahaan mesti melakukam investasi mulai dari sekarang.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jelang Cuti, Karyawan Freeport Diantar Mobil Bus Anti Peluru dan Dikawal Ketat Brimob Bersenjata Lengkap
Berikut ini adalah perjalanan cuti karyawan Freeport yang turun dari Tembagapura menuju Timika dengan menggunakan bus anti peluru.
Baca SelengkapnyaTemui Presiden Jokowi, Bos Freeport Indonesia Lapor Pembangunan Smelter di Gresik Sudah 92 Persen
Karena kondisi pandemi Covid-19 pembangunan smelter Freeport sempat terganggu.
Baca SelengkapnyaTerkenal Karena Gaji Besar, Begini Perjuangan Karyawan Freeport di Hari Libur Cuti Sampai Naik Bus Anti Peluru
Simak pengalaman karyawan Freeport dapat cuti kerja sampai naik bus anti peluru menuju bandara.
Baca SelengkapnyaMenilik Pulau Cingkuak, Jejak Peninggalan Portugis dalam Geliat Perdagangan Rempah di Pantai Barat Sumatera
Pulau yang terletak di Teluk Painan ini dulunya merupakan benteng pertahanan Portugis yang digunakan sebagai loji Belanda untuk perdagangan lada.
Baca SelengkapnyaSegini Santunan dari Pemerintah untuk Korban Meninggal Kecelakaan KA di Cicalengka
Besaran dana santunan ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan RI No.15 Tahun 2017.
Baca SelengkapnyaAda di Ketinggian 2.400 MDPL, Intip Potret Lapangan Bulu Tangkis Tertinggi di Indonesia
Tempat olahraga para karyawan Freeport berada di ketinggian 2.400 MDPL.
Baca Selengkapnya