Pemerintah bantah datangkan 100.000 ton beras dari Kamboja
Merdeka.com - Dua hari lalu beredar rilis yang menyebutkan pemerintah Indonesia sepakat membeli beras dari perusahaan Chamalay Food Co. Ltd asal Kamboja. Pemerintah sepakat mendatangkan 100.000 ton beras dari Kamboja.
Namun informasi itu kembali dibantah oleh Kementerian Perdagangan. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Deddy Saleh menjelaskan, pada Kamis (1/11) ada delegasi badan pengelola beras dari Kamboja, Green Trade, yang datang ke kantornya. Namun dia membantah bila terjadi kesepakatan tertulis maupun lisan untuk pengadaan impor akhir bulan ini.
Dia mengaku tidak berwenang memutuskan soal impor beras. "Kemarin hanya courtesy call, jadi tidak ada kesepakatan untuk importasi beras. Seolah-olah saya bisa memutuskan. (untuk melakukan impor) itu wewenang Badan Urusan Logistik (Bulog)," ungkap Deddy di kantornya, Jumat (2/11).
Sebelumnya, perwakilan Chamalay Food Co.Ltd untuk Indonesia, Alias Wello, menyatakan sudah ada keputusan impor 100.000 ton beras dari Kamboja mengikuti kesepakatan antara Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dengan Menteri Perdagangan Kamboja Cham Prasidh pada 24 Agustus lalu di Ibu Kota Pnom Penh.
"Pihak Kamboja sangat optimis 100.000 ton sesuai MoU sanggup untuk memenuhi permintaan impor Indonesia. Perkiraan kita (masuk) penghujung bulan November," kata Alias.
Dari pernyataan itu, kata Deddy, yang benar hanyalah soal impor untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Itupun tidak dengan mendatangkan beras dari Kamboja. Setahu dia, jika ada pembelian beras dari negara lain, Bulog baru melakukan pendekatan dengan Vietnam dan India.
"Bulog sudah melakuan kontrak 300.000 ton dengan Vietnam, direalisasikan pada bulan Desember sesuai izin Kementerian Perdagangan. Sekarang juga sedang proses pembelian dari India, 400 ribu ton, itupun masih tender," paparnya.
Dalam rilis yang beredar, CEO Chamalay Foods Co. Ltd Noorhisham bin Nordin mengklaim Indonesia akan diuntungkan membeli beras dari Kamboja karena harganya jauh lebih murah dari produsen lain di Asia Tenggara. Pasalnya, beras Vietnam dan Thailand yang diekspor ke Indonesia berasal dari Kamboja.
"Jadi cost akan jauh lebih rendah dengan harga kompetitif, karena beli berasnya langsung dari Kamboja, tidak perlu lagi dibeli dari Vietnam dan Thailand karena lebih mahal," kata Noorhisham seperti tertulis di rilis.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Impor beras dari Kamboja untuk memenuhi kebutuhan stok beras menjelang Idul Fitri 1445H.
Baca SelengkapnyaImpor beras ini ditujukan untuk mengamankan cadangan beras dalam negeri.
Baca SelengkapnyaDirektur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi memaparkan, proses importasi beras ini masih berasal dari negara-negara langganan Indonesia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Namun demikian, Bulog belum mendapatkan dokumen penugasan secara resmi dari pemerintah.
Baca SelengkapnyaTambahan kuota impor ini jadi pelengkap izin impor sebanyak 2 juta ton yang sudah diproses lebih dahulu.
Baca SelengkapnyaUntuk stok cadangan beras pemerintah (CBP), saat ini Bulog sudah menguasai sekitar 1,4 juta ton.
Baca SelengkapnyaPenyaluran bansos beras kemasan 10 kg dihentikan sementara pada 8-14 Februari 2024.
Baca SelengkapnyaSelain pemanfaatan bahan bakar alternatif dari sampah perkotaan, SBI juga menerapkan ekonomi sirkular bagi masyarakat.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi menyampaikan kenaikan jumlah penerima bantuan untuk alokasi mulai awal tahun 2024 sebesar 8% dari data penerima sebelumnya.
Baca Selengkapnya