Pembelaan Mendikbud saat Tenaga Kerja Indonesia Disebut Tak Produktif
Merdeka.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy memberikan penjelasan terkait tudingan pengusaha yang menyebut tenaga kerja Indonesia kurang produktif. Menurutnya, kondisi ini tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah tetapi juga perusahaan tempat bekerja.
"Secara teoritik kita tidak mungkin menyediakan tenaga kerja yang siap pakai dari sekolah karena itu ada namanya pre service training. Jadi pelatihan sebelum memasuki dunia kerja. Itu jadi tanggung jawab masing-masing perusahaan," ujarnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (7/10).
Muhadjir melanjutkan, pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan menjadi jembatan dalam memberi pembekalan skill terhadap tenaga kerja terutama lulusan baru. Sementara untuk pematangan skill menjadi pekerjaan perusahaan.
"Kementerian Ketenagakerjaan yang menjadi jembatan, punya BLK untuk mengakomodasi lulusan SMK untuk masuk ke dunia kerja. Jadi itu tanggung jawab perusahaan dan ketenagakerjaan," jelasnya.
Pemerintah pun mengakui masih banyak yang harus diperbaiki dari ketersediaan tenaga kerja saat ini. Untuk itu, ada pendidikan vokasi yang tujuannya menciptakan sebanyak-banyaknya tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan dunia industri.
"Tapi kita sekarang berusaha untuk membuat terobosan agar anak SMK bisa masuk ke dunia kerja dengan cara kerja sama dengan industri, pemagangan, karena itu sekarang diupayakan anak-anak SMK belajar 60-70 persen di dunia industri. Tidak di kelas, tapi praktik di lapangan," jelasnya.
"Jadi ketika dia tamat langsung ke dunia kerja. Pendekatan kurikulumnya demand base, kurikulum yang menentukan perusahaan, maunya perusahaan seperti apa lulusannya, silakan, kurikulum dia tetapkan dengan pengawasan kita," tandasnya.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Apindo, Danang Girindrawardana menyoroti produktivitas tenaga buruh di Indonesia yang masih rendah. Menurutnya, kenaikan upah di masa mendatang harus sejalan dengan kinerja para pekerjanya.
"Nah ini yang harus diperbaiki situasi itu. Produktivitas tenaga kerja Indonesia masih di level rendah di Asean. Sementara upahnya sudah hampir di level tinggi di seluruh Asean. Jadi kontradiktif," jelas Danang.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kemnaker telah menyiapkan program pemagangan ke Jepang bagi pemuda Kabupaten Batang.
Baca SelengkapnyaJokowi mengatakan, formasi-formasi tersebut akan dialokasikan untuk guru dan dosen, tenaga kesehatan, serta tenaga teknis sesuai dengan kebutuhan.
Baca SelengkapnyaMenaker mengatakan bahwa dalam menerapkan pengupahan berbasis produktivitas dibutuhkan kemauan yang kuat dari pihak perusahaan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Menurut Ida, program mudik gratis dapat meringankan dan mempermudah para pekerja yang akan pulang ke kampung halaman saat Lebaran.
Baca SelengkapnyaKasus perdagangan orang terus muncul dari tahun ke tahun
Baca SelengkapnyaSaat ini Indonesia dalam tahap pengembangan SIPK dalam upaya meningkatkan partisipasi industri untuk memanfaatkannya.
Baca SelengkapnyaDampak berlakunya pajak rokok untuk rokok elektrik sifatnya sangat membebani.
Baca SelengkapnyaBank Dunia yang menyebut Indonesia harus bisa menyediakan lapangan kerja berkualitas agar bisa menjadi negara berpendapatan tinggi.
Baca SelengkapnyaDenda 5 persen ini tentunya akan diberikan kepada pekerja yang belum mendapatkan THR dari waktu yang ditetapkan pemerintah.
Baca SelengkapnyaBegini Situasi di Bromo Jelang Libur Natal dan Tahun Baru, 'Muuaacet rek
Baca Selengkapnya