Pekerja di Sektor ini Paling Menderita Akibat Resesi Ekonomi
Merdeka.com - Pandemi Covid-19 membawa sejumlah negara terperosok ke jurang resesi. Bahkan, Indonesia juga diprediksi akan resesi jika ekonomi kuartal III tumbuh negatif, setelah ekonomi di kuartal II tumbuh minus 5,32 persen.
Pandemi juga mengancam sebagian besar pekerjaan, dengan tingkat dampak yang berbeda-beda. Kendati, beberapa pekerjaan ternyata memiliki potensi lebih besar terhantam dampak Covid-19 dibanding pekerjaan lainnya.
Mengutip laman Yahoo Finance Australia, pekerjaan yang dimaksud meliputi buruh pabrik, pekerjaan di sektor pariwisata, pekerja seni, pekerja restoran dan hotel, pekerja tambang, pekerja transportasi, pekerja konstruksi, dan pekerja di bidang real estate.
Alasannya bisa diprediksi. Pekerja di bidang hiburan, seperti pariwisata, travel, dan seni, mengalami penurunan kinerja yang tajam karena masyarakat menjaga dengan ketat uang mereka di saat krisis atau resesi.
Mereka akan lebih sering menyimpan uangnya untuk kebutuhan darurat dan tak terduga daripada membelanjakannya untuk hiburan atau membeli hunian (real estate).
Ditambah lagi, protokol kesehatan seperti physical distancing atau jaga jarak membuat pertunjukan seni tidak bisa dilakukan di tengah keramaian. Demikian pula acara makan-makan di restoran dan jalan-jalan bersama ke tempat wisata.
Pekerja Lainnya
Kemudian, buruh pabrik terancam digantikan dengan tenaga mesin. Wacana ini sudah menjadi perbincangan bahkan sejak pandemi belum melanda.
Perusahaan akan lebih memilih berinvestasi untuk mesin yang lebih cepat dengan teknologi yang lebih mutakhir ketimbang mempekerjakan manusia. Apalagi, di tengah pandemi ini penggunaan teknologi mengalami pertumbuhan yang pesat.
Di bidang pertambangan, laporan IBS World menemukan bahwa minimnya permintaan minyak dan gas di seluruh dunia berdampak pada jam kerja dan gaji para pekerja tambang. Perusahaan juga melakukan beragam efisiensi untuk mempertahankan bisnis mereka.
Hampir sama seperti sektor pertambangan, pekerja di sektor transportasi juga diprediksi terhantam dampak pandemi lebih besar. Hal ini dikarenakan perdagangan internasional juga mengalami penurunan kinerja.
Sementara pekerja konstruksi terancam berhenti bekerja karena rantai pasok proyek yang terhambat, anggaran yang disefisiensi, serta penerapan physical distancing.
Reporter: Athika Rahma
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anies Bandingkan Gaji TNI Polri Lebih Banyak Naik di Era SBY, Jokowi Beralasan Pandemi Covid-19
Jokowi menjelaskan, bahwa setiap keputusan pemerintah selalu memperhatikan kondisi ekonomi dan situasi keuangan negara.
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia Tahun 2023 Malah Melemah di Tahun Politik, Ada Apa?
Persiapan pemilu juga ikut memengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2023.
Baca SelengkapnyaKinerja Industri Pembiayaan Diprediksi Tumbuh Hingga 16 Persen di 2024
Industri pembiayaan diprediksi akan terus meningkat tahun ini.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jokowi Akhirnya Ungkap Tiga Tantangan Besar Ekonomi Indonesia 2024, Ini Detailnya
Tantangan berat ketiga berasal dari disrupsi teknologi yang memberikan tekanan besar di sektor ketenagakerjaan.
Baca SelengkapnyaDidorong Konsumsi Pemilu, Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh 5,5 Persen di 2024
penyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Baca SelengkapnyaEkonomi Kuartal III-2023 Turun, Masyarakat Lebih Banyak Bayar Cicilan Dibanding Belanja
Indef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.
Baca SelengkapnyaDunia Hadapi Perang dan Krisis Ekonomi, Jokowi: Kita Harus Eling Lan Waspodo
Jokowi menekankan pentingnya persatuan dan kerukunan antar masyarakat agar Indonesia menjadi negara maju.
Baca SelengkapnyaPenerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun
Mayoritas jenis pajak utama tumbuh positif sejalan dengan ekonomi nasional yang stabil.
Baca SelengkapnyaJokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023
Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).
Baca Selengkapnya