Merdeka.com - Pemasangan perangkat Radio Frequency Identification (RFID) untuk BBM subsidi pada mobil sudah berjalan sejak awal September. Pemasangan yang dilakukan oleh PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) tersebut bertujuan agar konsumsi BBM subsidi bisa terawasi dengan baik.

Pemberitaan media massa terkait itu, belakangan ini, menunjukkan animo besar pemilik mobil untuk memasang alat pencatat konsumsi BBM tersebut. Terlihat antrean di 60 titik pemasangan RFID yang tersebar di sekitar DKI Jakarta. Maklum saja, khusus di ibu kota, pemasangan RFID ditargetkan selesai akhir Desember mendatang.

Boleh dibilang, semua jenis kendaraan tidak ingin ketinggalan dipasang RFID. Tidak terkecuali mobil murah (katanya) ramah lingkungan yang baru beberapa bulan lalu diluncurkan oleh sejumlah produsen mobil atas restu pemerintah.

"Semua kendaraan kita pasang dan enggak milih-milih. Mulai rame Selasa kemarin padahal mulainya sudah lama. Mungkin sosialisasinya dulu kurang," kata Sudin, petugas registrasi pemasangan RFID yang ditemui merdeka.com di SPBU Pancoran, Jakarta, Sabtu (30/11).

"Ada juga Daihatsu Ayla (salah satu merek mobil murah) yang ikut antre pasang," lanjutnya.

Padahal, pemerintah sudah melarang mobil murah untuk "menenggak" premium. Sebenarnya sih, sejak hari pertama mobil murah berseliweran di Jakarta, ada saja yang diam-diam "menenggak" BBM subsidi itu.

Pemerintah tahu dan menganggapnya mungkin hanya satu-dua dari ribuan mobil murah yang berkelakukan seperti itu.

Namun, sejak pemasangan RFID digencarkan, terlihat banyak mobil murah berada dalam antrean. Ini sama saja mereka mendeklarasikan diri untuk menjadi "penikmat" BBM subsidi.

Pemerintah seharusnya tahu itu dan segera mengambil tindakan. Percepat penerbitan regulasi yang mengatur sanksi bagi mobil murah yang kedapatan menggunakan BBM subsidi.

Jika tidak, RFID nantinya hanya akan mencatat penaikan volume BBM subsidi, bukan penurunan.