Panas bumi, energi andalan transportasi publik di masa depan
Merdeka.com - Presiden Ketiga Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie menegaskan potensi listrik dari panas bumi adalah kunci utama solusi energi di Tanah Air. Sepatutnya pemerintahan mendatang serius memanfaatkan sumber energi bersih itu untuk menjalankan transportasi publik, terutama kereta.
Dari data yang dimiliki Habibie, kualitas panas bumi di Indonesia terbaik sedunia. Kandungan fluida panas bumi di lokasi-lokasi potensial masuk kategori temperatur sedang dan tinggi. Yakni di antara 125 derajat celcius hingga lebih dari 225 derajat celcius.
Artinya, listrik yang dihasilkan tidak akan kalah dari teknologi pembangkit yang lebih dikenal.
"Potensi di Indonesia sangat besar, mencapai 27.000 Mega Watt. Itu potensinya sekitar 30-40 persen dari potensi dunia. Harusnya kita manfaatkan itu untuk pembangkit listrik," ujarnya saat memberi orasi ilmiah di Seminar 'Refleksi Tiga Tahun MP3EI", di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (4/9).
Bila nanti Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sudah banyak dibangun, arahnya jangan hanya untuk mengalirkan listrik rumah tangga. Habibie mengingatkan, daya sebesar itu sepatutnya diubah menjadi penggerak layanan publik.
Dia membayangkan energi dari PLTP bisa menjadi sumber daya untuk pulau-pulau yang tak pernah memiliki kereta listrik.
"Itu bisa digunakan untuk transportasi tidak hanya Sumatera dan Jawa, tapi juga Kalimantan, Bali dan Papua. Suatu hari saya bayangkan, transportasi itu memanfaatkan kereta, dan itu memanfaatkan listrik dari panas bumi," kata pakar penerbangan internasional ini.
Di luar itu, penyediaan pasokan listrik adalah tantangan energi yang akan terus dihadapi Indonesia. Nyaris seluruh komponen pembangunan, termasuk transportasi masyarakat membutuhkan listrik.
Terbukti PT Perusahaan Listrik Negara dalam jangka panjang berencana membangun pembangkit 2x10.000 MW sampai 2025.
Karenanya, Habibie berharap pembangkit yang dibangun jangan sampai bergantung pada bahan bakar fosil. Selain jumlahnya terbatas, bahan bakar fosil punya dampak buruk pada lingkungan.
"Tidak dari gas alam, tidak dari BBM. Lagipula, panas bumi itu relatif bersih, pencemaran udara lebih kurang, jadi kita harus merencanakan ini untuk jangka panjang," tandasnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kunjungi Fasilitas Pengolahan Sampah Jadi Bahan Bakar Pertama di Indonesia, Jokowi: Bisa Ganti Batu Bara 60 Ton per Hari
Selain pemanfaatan bahan bakar alternatif dari sampah perkotaan, SBI juga menerapkan ekonomi sirkular bagi masyarakat.
Baca SelengkapnyaBeras di Singapura Ternyata Lebih Murah dari Indonesia, Mendagri Ungkap Penyebabnya
Singapura menyandang status sebagai negara maju namun tidak bisa memproduksi bahan pangan sendiri.
Baca SelengkapnyaWarga Bawean Digegerkan Kemunculan Sumber Mata Air Panas usai Gempa di Tuban, Begini Penampakannya
Warga Bawean Digegerkan Kemunculan Sumber Mata Air Panas usai Gempa di Tuban, Begini Penampakannya
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sempat Putus Asa Gara-Gara Pandemi, Bisnis Anyaman Bambu Milik Warga Bojonegoro Kini Jadi Favorit Pasar Lokal
Konsep hidup ramah lingkungan yang meminimalisir penggunaan kemasan plastik membuat aneka kerajinan anyaman bambu semakin diminati konsumen.
Baca SelengkapnyaPemerintah Jamin Harga Beras Turun Mulai Maret, Begini Penjelasannya
Bapanas memperkirakan, pada panen raya kali ini produksi beras nasional akan cukup tinggi.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi Tegaskan Bantuan Pangan Bulog Adalah Solusi Hadapi Kenaikan Pangan
Presiden menjelaskan bahwa kenaikan harga ini dipicu kegagalan panen yang disebabkan oleh bencana Elnino di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaJelang Lebaran, Penerbangan dari Jakarta dan Surabaya Menuju Banyuwangi Ditambah
Memasuki arus mudik Lebaran sejumlah maskapai penerbangan menambah frekuensi penerbangannya ke Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaJokowi Bagi-Bagi Bantuan Pangan di Jawa Tengah Hari Ini
Selain bagi-bagi bantuan pangan, Jokowi akan meninjau dan meresmikan infrastruktur di Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaWamen BUMN Apresiasi Satgas Nataru Pertamina dalam Menjaga Kelancaran Distribusi Energi
Wamen BUMN juga menjelaskan, produksi migas hulu Pertamina saat ini telah mencapai lebih dari 1 juta barrel per hari.
Baca Selengkapnya