Merdeka.com - Pemerintah mengenakan pajak barang mewah untuk pembelian pesawat latih pribadi. Nilai dari pajak tersebut mencapai 67 persen dari harga jual normal.

Atas hal itu, praktisi penerbangan yang juga merupakan Ketua Asia Aero Flying Club (AAFC) Robert Cau mengaku keberatan. Menurut dia, hal itu menghambat upaya memajukan dunia kedirgantaraan nasional.

"Kita kan untuk olahraga dan pendidikan, masuk pajak barang mewah," ujar Robert di sela Indonesia SKY Fest 2014 di Cibubur, Depok, Sabtu (19/4).

Robert mengaku khawatir misi pendidikan yang terkandung dalam dunia kedirgantaraan tidak terwujud. Hal ini lantaran sulitnya mengadakan fasilitas pelatihan seperti pesawat.

"Harga satu unit pesawat latih itu sekitar Rp 1-2 miliar. Kalau kena pajak, berarti sangat mahal," kata Robert.

Selanjutnya, Robert mengaku tengah mengajukan permohonan kepada pemerintah agar dapat menurunkan tarif pajak tersebut. Hal itu demi mendorong semakin majunya dunia kedirgantaraan nasional di masa mendatang.

"Kita hanya mengajukan supaya pajak tidak 67 persen. Idealnya, seperti di luar negeri mencapai 7 hingga 10 persen," terang dia.

Lebih lanjut, Robert mengatakan tengah menunggu respon dari pemerintah. Dia berharap, pemerintah dapat mempertimbangkan untuk menurunkan tarif pajak pembelian pesawat latih.

"Kalau tidak ada tanggapan, berarti pemerintah tidak ingin dunia kedirgantaraan nasional maju," pungkas dia.