OJK yakin perbankan Indonesia siap hadapi pasar bebas ASEAN
Merdeka.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimis serbuan bank asing yang diprediksi bakal terjadi mulai 2020 tidak akan mematikan perbankan lokal. Pada waktu itu, liberalisasi pasar keuangan Asia Tenggara baru dimulai.
Deputi Komisioner bidang Pengawasan Perbankan OJK Irwan Lubis yakin dampak buruk bisa diminimalisir, lantaran sisi permodalan bank-bank Indonesia kuat.
Kalau hanya untuk menghadapi ekspansi bank asal ASEAN, masih sanggup. Klaim ini sudah terbukti, dengan rendahnya pertumbuhan bank asing kendati deregulasi di Tanah Air sudah berlangsung sejak 2002.
"Buktinya bertahun-tahun bank asing beroperasi sedikit, tidak mudah untuk masuk pasar kita," kata Irwan dalam Seminar 'Konsolidasi Perbankan Menghadapi MEA 2020", di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (26/8).
Masalahnya, kata OJK, bukan pada sisi permodalan semata. Tapi, margin pertumbuhan kredit di Indonesia ada batasnya. Kalau hanya mengandalkan pasar dalam negeri, sulit menggenjot pendapatan.
"Perbankan tetap harus bisa memikirkan strategi pertumbuhan kredit ke depan," ungkapnya.
Atas dasar itulah, konsolidasi penting. Akuisisi atau merger antar perbankan ini orientasinya agar ada bank asal Indonesia yang sanggup ganti 'menyerang' pasar Asia Tenggara.
"Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah konsolidasi," kata Irwan.
Pemerintah sudah mengingatkan otoritas pengawas perbankan untuk serius mendorong konsolidasi.
Menko Perekonomian Chairul Tanjung melihat jumlah bank yang beroperasi hingga 120 perusahaan, terlalu banyak. Alhasil, postur aset perbankan Indonesia kalah besar dari bank-bank Singapura atau Malaysia.
Sebagai perbandingan, Singapura cuma memiliki 3 bank lokal. Malaysia juga hanya punya 8 bank dalam negeri, sehingga masing-masing bisa mengumpulkan aset yang besar. Jumlah itupun akan berkurang lagi, karena CIMB Group, RHB Capital, dan Malaysia Building Society sepakat membentuk konsorsium bank raksasa dengan nilai aset setara Rp 2.300 triliun buat bersaing di Asia.
"Misalnya kita punya bank yang cukup besar, yakni Bank Mandiri, itu harus lebih besar lagi supaya bisa bicara banyak di Asean Economic Community," kata menko beberapa waktu lalu.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Optimistis tersebut juga ditopang dengan dukungan dari sisi permodalan bank yang kuat.
Baca SelengkapnyaApabila ditemukan adanya pergerakan yang tidak wajar ataupun mencurigakan, maka bank wajib melaporkan ke PPATK.
Baca SelengkapnyaIni sebagai upaya OJK memperkuat upaya pelindungan konsumen di sektor jasa keuangan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
OJK menyebut ada tiga pihak yang dikenakan kewajiban dalam pelaporan kepemilikan saham atau setiap perubahan kepemilikan saham perusahaan terbuka.
Baca SelengkapnyaDi sisi lain likuiditas industri perbankan pada bulan November 2023 dalam level yang memadai.
Baca SelengkapnyaPadahal, lanjut Jokowi, dukungan kredit perbankan amat diperlukan pelaku UMKM dalam menjalankan maupun mengembangkan skala bisnisnya.
Baca SelengkapnyaOtoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah.
Baca SelengkapnyaSalah satunya kondisi suku bunga yang masih di level tinggi, walaupun di proyeksikan tidak akan naik lagi.
Baca SelengkapnyaPer Februari 2024 aset industri Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun (PPDP) mencapai Rp 1.130,05 triliun atau naik 2,08 persen secara tahunan (yoy).
Baca Selengkapnya