Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

OJK Institute: Prospek Neobank di Indonesia Sangat Menjanjikan

OJK Institute: Prospek Neobank di Indonesia Sangat Menjanjikan OJK. ©2018 Merdeka.com

Merdeka.com - Kepala OJK Institute, Agus Sugiarto menyebut bahwa prospek neobank atau virtual banking, layanan perbankan digital tanpa adanya kontak fisik antar manusia sangat menjanjikan.

"Prospek neobank di Indonesia itu sebenarnya sangat menjanjikan. Ada beberapa alasan, pertama, pengguna internet di Indonesia itu hampir mencapai 200 juta orang menurut data dari Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia. Itu luar biasa besar sekali," ujar Agus dalam sebuah diskusi daring bertajuk Traditional Bank vs Neobank di Jakarta, Selasa.

Alasan berikutnya, dari hasil survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK), indeks inklusi keuangan Indonesia masih 76,19 persen. Artinya dari setiap 100 penduduk di Indonesia yang sudah memiliki akses ke lembaga jasa keuangan atau ke produk-produk jasa keuangan, baru sekitar 76 orang.

"Artinya masih ada 24 orang yang belum punya akses. Dengan adanya layanan digital ini diharapkan angka inklusi keuangan itu bisa meningkat," kata Agus.

Selain itu, alasan lain prospek neobank di Indonesia sangat besar yaitu penjualan mobile device di Indonesia yang sudah mencapai 338 juta unit di 2020, melampaui total penduduk Indonesia saat ini. "Bayangkan, penduduk kita hanya 280 juta, tapi penjualan mobile phone dan sejenisnya bisa mencapai 338 juta. Ini sebenarnya potensinya besar sekali," ujarnya.

Sementara itu, perilaku digital masyarakat saat ini juga semakin meningkat, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali pun tidak lepas dari aktivitas digital seperti melakukan chat secara daring, berbagi di sosial media, dan sebagainya.

"Terakhir, yang menjadi alasan prospek neobank di Indonesia sangat besar yaitu saat ini belum ada neobank yang beroperasi secara resmi. Yang disebut dengan neobank ya, bukan fintech," kata Agus.

Penerapan di Negara Lain

Di beberapa negara, istilah neobank ini sama artinya dengan internet-only banks atau bank digital yang sekarang sedang menjamur di negara-negara maju. Beberapa contoh neobank yang sudah beroperasi antara lain, Atom Bank dan Starling Bank di Inggris, JUNO dan AXOS di Amerika Serikat, Volt Bank di Australia, dan Jibuan Bank di Jepang. Dengan demikian, neobank ini bukan hanya sekedar cetak biru yang masih dalam angan-angan saja, melainkan sudah dipraktekkan di beberapa negara maju.

Menurut Agus, keberadaan neobank mengalami momentum yang luar biasa pada saat pandemi berlangsung mengingat adanya beberapa faktor pemicu. Pertama, keganasan virus Covid-19 yang menjalar dari manusia ke manusia menciptakan ketakutan yang luar biasa bagi semua orang, sehingga menyebabkan interaksi sosial menjadi berkurang dan semakin terbatas.

Kedua, penggunaan uang tunai semakin berkurang dan dihindari karena dampak penularan virus melalui uang kertas sangat tinggi, sehingga sedapat mungkin semua transaksi menggunakan instrumen nontunai. Ketiga, pemanfaatan metode pembayaran yang bersifat contactless semakin diminati masyarakat untuk menggantikan temu muka secara fisik.

Oleh karena itu, upaya mengurangi kontak fisik antar manusia dalam transaksi keuangan harus dilakukan guna mencegah penularan yang lebih besar. Fakta-fakta inilah yang menjadi momentum dan sekaligus katalisator perlunya kehadiran layanan keuangan perbankan secara digital yang bisa diwujudkan salah satunya dengan kehadiran neobank.

(mdk/idr)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
OJK Pede Kredit Perbankan Tumbuh 11 Persen di 2024

OJK Pede Kredit Perbankan Tumbuh 11 Persen di 2024

Optimistis tersebut juga ditopang dengan dukungan dari sisi permodalan bank yang kuat.

Baca Selengkapnya
72 Persen Penggunaan Pinjaman Online Dimanfaatkan untuk Peningkatan Kualitas Hidup

72 Persen Penggunaan Pinjaman Online Dimanfaatkan untuk Peningkatan Kualitas Hidup

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan mencapai angka peningkatan indeks literasi keuangan yaitu 65 persen dan inklusi keuangan 93 persen pada 2027.

Baca Selengkapnya
OJK: Kredit Perbankan Masih Tumbuh Dua Digit di Februari 2024

OJK: Kredit Perbankan Masih Tumbuh Dua Digit di Februari 2024

Industri perbankan melanjutkan tren pertumbuhan yang positif, dengan kredit tetap tumbuh double digit di bulan Februari.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
OJK Beri Sanksi 89 Lembaga Jasa Keuangan, Kenapa?

OJK Beri Sanksi 89 Lembaga Jasa Keuangan, Kenapa?

Per Februari 2024 aset industri Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun (PPDP) mencapai Rp 1.130,05 triliun atau naik 2,08 persen secara tahunan (yoy).

Baca Selengkapnya
OJK Terbitkan Aturan Baru Tingkatkan Perlindungan Konsumen, Simak 11 Poin Pentingnya

OJK Terbitkan Aturan Baru Tingkatkan Perlindungan Konsumen, Simak 11 Poin Pentingnya

Ini sebagai upaya OJK memperkuat upaya pelindungan konsumen di sektor jasa keuangan.

Baca Selengkapnya
OJK Tingkatkan Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah Melalui Pesantren

OJK Tingkatkan Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah Melalui Pesantren

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah.

Baca Selengkapnya
OJK: Tabungan Orang Indonesia Naik Menjadi Rp8.441 Triliun di Februari 2024

OJK: Tabungan Orang Indonesia Naik Menjadi Rp8.441 Triliun di Februari 2024

Berdasarkan data OJK, tabungan orang Indonesia pada bulan Februari meningkat jadi Rp8.441 triliun.

Baca Selengkapnya
YLKI Ungkap OJK Paling Banyak Diadukan Konsumen, Ini Alasannya

YLKI Ungkap OJK Paling Banyak Diadukan Konsumen, Ini Alasannya

Jumlah pengaduan konsumen terkait sektor jasa keuangan yang diterima YLKI mencapai 38,20 persen pada 2023.

Baca Selengkapnya
Bukti Tak Ada Lapangan Kerja di Indonesia: Pengusaha Kecil-kecilan Menjamur, dari 100 Rumah Saja Ada 25 Warung

Bukti Tak Ada Lapangan Kerja di Indonesia: Pengusaha Kecil-kecilan Menjamur, dari 100 Rumah Saja Ada 25 Warung

Bank Dunia yang menyebut Indonesia harus bisa menyediakan lapangan kerja berkualitas agar bisa menjadi negara berpendapatan tinggi.

Baca Selengkapnya