Merdeka.com - Adanya kewajiban melunasi utang jatuh tempo sekitar Rp 2 triliun, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), akan melakukan pinjaman ke 6 Bank luar negeri. Namun, utang sebesar USD 350 juta sampai USD 400 juta masih menunggu surat persetujuan dari Bank Indonesia dengan rekomendasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Direktur Keuangan BRI, Ahmad Baiquni di GBK, Senayan, Jakarta, Kamis (24/7), mengatakan  OJK telah menyetujui BRI melakukan pinjaman ke luar negeri. Namun, persetujuan tertulis belum disampaikan ke Bank plat merah tersebut.

"Saya dengar kemarin sudah disetujui cuma memang keputusan tertulisnya belum ada. Mudah-mudahan hari ini kita terima, mungkin setelah lebaran baru kita eksekusi," jelasnya.

Utang luar negeri tersebut sebagian akan digunakan untuk pembiayaan kredit ekspor sektor perkebunan. Karena, di sektor tersebut transaksinya menggunakan valas.

Merujuk aturan OJK, utang luar negeri memang seharusnya digunakan untuk keperluan yang menunjang dan menghasilkan devisa juga. Sehingga, melakukan pinjaman dalam bentuk USD harus disalurkan ke kredit yang menghasilkan dollar juga.

"Pendapatannya, selama ini kebijakan kita seperti itu, supaya tidak ada risiko kursnya. Ya usahanya sektor orientasi ekspor saja, antara lain perkebunan sawit, CPO itu kan hasilnya juga ekspor kan."

Untuk sektor properti, Baiquni mengaku tidak, karena penjualan dalam rupiah. Oleh karenanya, kredit tersebut hanya khusus orientasi ekspor. Namun, dia enggan mengatakan 6 bank luar negeri yang menjadi kreditur BRI sebesar USD 400 juta.