Nilai Tukar Rupiah Kembali Terkapar Dipicu Pernyataan Donald Trump Sudutkan China
Merdeka.com - Nilai tukar Rupiah ditutup melemah 0,18 persen atau sebesar 25 poin ke level Rp14.070 di pasar spot pada sore hari ini.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai, pelemahan Rupiah dipicu pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menyudutkan China di Economic Club of New York semalam (12/11).
Trump menyebut tidak ada yang lebih banyak memanipulasi atau memanfaatkan Amerika Serikat sejak masuknya China ke Organisasi Perdagangan Dunia pada tahun 2001.
Dari regional, Ibrahim menilai masih memanasnya aksi unjuk rasa di Hong Kong kian menekan Rupiah pada hari ini. Beberapa jaringan transportasi, sekolah, dan banyak bisnis tutup pekan ini di Hong Kong di tengah meningkatnya kekerasan.
Sedangkan dari dalam negeri, Pemerintah dan Bank Indonesia menurutnya sudah melakukan berbagai cara untuk mengembalikan perekonomian yang sempat meredup akibat gejolak global, baik itu melalui strategi bauran, reformasi birokrasi, reformasi keuangan, penurunan suku bunga acuan maupun intervensi secara langsung di pasar valas dan obligasi dalam perdagangan DNDF.
"Namun strategi tersebut belum bisa membawa indonesia untuk mempertahankan target PDB di 5,1 persen di tahun 2019," ungkap dia kepada Liputan6.com, Rabu (13/11).
Strategi Baru
Kendati begitu, ada strategi terbaru yang kemungkinan akan diterapkan oleh pemerintah tentang perkembangan ekonomi syariah.
Itu seperti bertumpu pada pengembangan di lini pesantren, UMKM, industri pariwisata, industri halal dan lain-lain yang akan menggapai seluruh lapisan masyarakat di berbagai daerah yang belum memiliki akses terhadap produk dan jasa keuangan.
"Dan strategi ini akan meningkatkan inklusi keuangan dalam negeri di tengah melambatnya ekonomi global akibat perang dagang dan Brexit yang sampai saat ini belum ada kepastian," jelas Ibrahim.
Akan tetapi, pihaknya masih menilai bahwa Rupiah tetap berpotensi melemah hingga pada perdagangan besok 14 November 2019.
"Kemungkinan masih akan melemah disebabkan data eksternal yang masih negatif buat Rupiah. Range besok di level Rp14.050 - Rp14.110," tegas dia.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berkaca dari China, Nasib Indonesia Jadi Negara Maju atau Tidak Ditentukan 2 Pilpres Selanjutnya
Adapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca SelengkapnyaTren Jumlah Penduduk Indonesia Terus Meningkat, Sementara China Menurun
Jjumlah penduduk China berkurang 850.000 orang menjadi sekitar 1.411,75 juta pada tahun 2022.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Sebut Ekonomi Makin Melemah: Amerika Kuat, China Terlilit Utang
Bank Dunia memprediksi ekonomi global dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
China Pelan-pelan Buat AS Khawatir dengan Persaingan Luar Angkasa, Ini Penyebabnya
Ini yang dikhawatirkan AS bila tidak segera memutuskan kelanjutan stasiun luar angkasa yang akan habis masa pakainya.
Baca SelengkapnyaBuronan Kasus Penipuan Uang di China 11 Tahun Kabur ke Indonesia, Tinggal di Jakut hingga Punya KTP
LY ditangkap di rumahnya Perumahan Concerto, Pantai Indah Kapuk, Penjaringan pada Selasa (13/2) sore.
Baca SelengkapnyaTotal Utang Semua Negara di Dunia Capai Rekor Tertinggi, Nilainya Tembus Rp4 Juta Triliun
Sekitar 55 persen dari kenaikan ini berasal dari negara-negara maju, terutama didorong oleh AS, Prancis, dan Jerman.
Baca SelengkapnyaPemerintah Waspadai Konflik Timur Tengah Hingga Pelemahan Ekonomi China
Ada beberapa isu yang menjadi perhatian pemerintah di tahun 2024.
Baca SelengkapnyaNaik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Kini Tembus Rp6.231 Triliun
Posisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca SelengkapnyaNaik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.364 Triliun
Naiknya utang luar negeri karena penarikan pinjaman, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek.
Baca Selengkapnya