Nasib Mega Proyek BUMN di Tengah Pandemi Covid-19, Termasuk Kereta Cepat
Merdeka.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir meminta direksi BUMN menyisir proyek yang bisa ditunda pengerjaannya selama pandemi virus corona. Covid-19 ini diakui Erick memang telah menekan kinerja perusahaan milik pemerintah.
"Tentu kita sudah mengadakan review cashflow dan saya tahu BUMN seperti apa. Tetapi tolong dipastikan mana (proyek) yang penting mana (proyek) yang (bisa) ditunda," ujar Erick di Jakarta, Senin (30/3).
Erick mengatakan, saat ini banyak proyek yang ditangani oleh BUMN. Beberapa di antaranya adalah pembangunan kilang minyak, pembangunan TPI untuk petrochemical. Lalu ada juga pembangunan destinasi wisata di berbagai daerah.
"Karena itu kita tahu banyak sekali proyek-proyek strategis yang ada di BUMN apakah yang namanya pembangunan refinery, pembangunan petrochemical, apakah pembangunan destinasi wisata apakah yang di Lombok, di Bali, ini harus tetap berjalan," jelasnya.
Dia menambahkan, di tengah pandemi Virus Corona semua pihak memang fokus untuk melakukan pencegahan dan mencari obat penawar. Namun di sisi lain, BUMN harus tetap menjaga agar ekonomi dan pembangunan bisa terus dilakukan.
"Semua memang fokus kepada Corona tetapi penting sekali kita memberikan sinyal positif. Di tengah tengah memang kita sangat amat harus fokus kepada Virus Corona bagaimana kita harus menanggulanginya tetapi ada hal yang harus kita lakukan tetap ekonomi harus jalan. Kita harus bangun negeri," tandasnya.
Kereta Cepat Ditunda Sementara
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sempat menghentikan sementara pengerjaan proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung terhitung dari 2 Maret hingga 20 Maret 2020. Meski demikian, hingga kini proyek tersebut belum dijalankan kembali.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir mengatakan, penundaan sementara proyek kereta cepat kerja sama antara Indonesia dan China terjadi karena tenaga kerja asing belum bisa masuk ke Indonesia. Seperti diketahui, pemerintah melakukan pembatasan masuk saat Virus Corona merebak.
"Yang namanya ditargetkan Bapak Presiden kita jalan terus termasuk kereta cepat, cuma tentu hingga saat ini karena kondisi dari pada patner kita dengan China. Tentu ada tenaga kerja asing yang belum masuk, tentu ada delay tapi proyek masih jalan terus," ujar Erick di Jakarta, Senin (30/3).
Erick melanjutkan, meski ditunda sementara waktu, pengerjaan proyek tersebut akan terus dilakukan hingga rampung pada target yang telah ditetapkan. Sebab, Indonesia dengan jumlah penduduk yang cukup besar membutuhkan angkutan massal yang cepat.
"Kenapa (dilanjutkan)? Ingat penduduk Indonesia jumlahnya ratusan juta. Suka tidak suka nanti yang namanya transportasi publik akan kembali diutamakan. Hal-hal ini kenapa saya fokus ke PLN dan Pertamina," tandasnya.
Proyek 35.000 MW Terus Berjalan
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, meminta PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) tetap mengerjakan proyek listrik 35.000 megawatt (MW) di tengah pandemi Virus Corona. Hal tersebut penting dilakukan mengantisipasi lonjakan kebutuhan listrik ke depan.
"Proyek strategis yang harus kita lakukan, ini ada dirut BUMN. Bagaimana proyek 35.000 megawatt tetap berjalan meski dengan adanya penurunan ekonomi," ujar Menteri Erick di Jakarta, Senin (30/3).
Menteri Erick mengatakan, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sudah memetakan kebutuhan listrik industri di daerah investasi. Hingga kini, masih ada daerah investasi yang melaporkan supply listrik yang kurang.
Selain itu, Indonesia juga masih memiliki pekerjaan lain untuk mencukupi kebutuhan sektor kendaraan listrik yang terus digalakkan oleh pemerintah. Dia meminta jangan sampai Indonesia kekurangan listrik saat kendaraan listrik sudah diterapkan.
"Kepala BKPM sudah memapping bagaimana kebutuhan di lahan industri yang bisa disinergikan. Jadi proyek tetap berjalan jangan sampai kita butuh listrik, adanya mobil listrik kouta terlambat lagi," jelasnya.
Pertamina Tetap Bangun Kilang
Menteri Erick menambahkan, untuk Pertamina meskipun terdapat penurunan harga minyak dunia namun perusahaan pelat merah tersebut harus tetap membangun kilang baru. Dia meminta Pertamina bekerja sama dengan PLN dan PGN.
"Begitu juga di Pertamina bagaimana nanti kita fokus kepada, mohon maaf harga minyak yang turun tetapi kita lupa membangun lagi. Nanti kerja sama dengan PLN dan PGN. Hal-hal ini akan kita diskusikan lagi," tandasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cak Imin Banggakan SlepetNomic, Pembangunan Pakai Hati dan Otak
Proyek menyedot uang rakyat yang hanya untuk selera tertentu akan dislepet.
Baca SelengkapnyaPemerintah Lelang Proyek Kantor Kemenhan dan BIN di IKN Nusantara Tahun Ini
Progres pembangunan di IKN sudah mencapai 70 persen untuk gelombang pertama (batch 1).
Baca SelengkapnyaPresiden Tinjau Langsung Pembangunan Hotel Nusantara, Optimis Siap Beroperasi Agustus 2024
Tingginya minat investasi jadi bukti nyata IKN mendapatkan atensi pelaku usaha.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Polisi Balok Satu Tipu Teman SMA Janjikan Proyek Pengerasan Jalan, Kerugian Rp225 Juta
Ketua majelis hakim Budiman Sitorus menunda sidang pekan depan dengan agenda keterangan saksi
Baca SelengkapnyaBUMN 'Sakit' Bakal Kembali Ditutup Tahun Ini, Target Sisa 40 BUMN Saja
Erick berencana jumlah BUMN akan dipangkas, menyisakan 40 perusahaan saja di tahun ini.
Baca SelengkapnyaJokowi Tinjau Progres Pembangunan Hotel Nusantara di IKN, Targetkan Selesai Agustus 2024
Jokowi menambahkan, menggeliatnya pembangunan sejumlah proyek di IKN menunjukkan semakin bertambahnya minat investor untuk berinvestasi di sana.
Baca SelengkapnyaSKK Migas Pastikan Tak Ada Penambahan Divestasi Pada Proyek Abadi Blok Masela
Proyek Abadi Blok Masela sempat terhenti akibat Pandemi Covid-19.
Baca SelengkapnyaMenutup Akhir Tahun 2023, OIKN Bagikan Perkembangan Pembangunan Ibu Kota Nusantara
OIKN menggelar diskusi terbuka bersama media dalam rangka membagikan informasi perkembangan terbaru pembangunan Ibu Kota Nusantara.
Baca SelengkapnyaMega Proyek Terusan Suez Senilai USD100 Juta Telan Korban Jiwa Puluhan Ribu Pekerja
Pembangunan Terusan Suez dimulai pada awal tahun 1859, di ujung kanal paling utara pelabuhan Said, Mesir.
Baca Selengkapnya