Merdeka.com - Produksi massal mobil listrik yang dicetuskan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan masih menjadi sorotan. Pengamat mempertanyakan manfaat dari pengembangan teknologi otomotif ini secara konkret bagi warga Indonesia.

Sesuai cita-cita Dahlan, mobil ramah lingkungan sebetulnya digadang-gadang menggantikan mobil berbahan bakar minyak di kota besar seperti Jakarta. Bahkan Dahlan menyebut jika semua mobil di Jakarta diganti mobil listrik maka Jakarta akan sangat bersih.

Pengamat Kelistrikan, Fabby Tumiwa berpendapat lain. Menurutnya mobil listrik hanya cocok untuk dijadikan angkutan jarak pendek seperti mikrolet. Hal ini karena infrastruktur pendukung mobil listrik seperti pengisian ulang baterai belum tersedia. Jika dijual ke masyarakat maka akan sangat menyusahkan.

"Mobil listrik ini bagusnya untuk kendaraan umum yang jarak tempuh terbatas dan rute terbatas. Misalnya angkutan cluster perumahan dan mikrolet," kata Fabby ketika dihubungi merdeka.com di Jakarta, Selasa (5/11).

Menurutnya jika Dahlan ingin mengembangkan jadi mikrolet ini akan sangat membantu dan juga pengembangan infrastruktur tidak butuh banyak. Pengembangan infrastruktur skala kecil tapi sangat membantu untuk penghematan dan mengurangi polusi di Jakarta.

"Paling perjalanannya 10 kilometer, dan satu trayek. Bisa diperhitungkan dibangun satu pengisian ulang baterai. Ini sangat bagus," katanya.

Sedangkan untuk mobil pribadi, Fabby menyarankan agar lebih mengutamakan mobil hybrid. Mobil hybrid termasuk mobil ramah lingkungan yang infrastruktur semuanya sudah tersedia. Pemerintah tinggal mengembangkan saja.

"Hybrid itu lebih laku. Kalau menurut saya negara seperti Indonesia mobil listrik masih jauh lah. Lebih tepat kendaraan pribadi yang konsumsi hemat yaitu mobil hybrid," tutupnya.