Meski sudah bangkrut, masyarakat Yunani putuskan tolak bantuan IMF
Merdeka.com - Drama kebangkrutan Yunani masih terus berlanjut. Negara ini sudah melakukan referendum atau voting suara untuk mencari keputusan apakah bantuan dari Eropa dan IMF harus diterima atau tidak.
Referendum menghasilkan lebih dari 60 persen masyarakat Yunani menolak dana bantuan tersebut. Keputusan ini sesuai dengan keinginan Perdana Menteri Yunani, Alexis Tsipras yang secara tegas menolak syarat-syarat pemberian bantuan dari Eropa dan IMF.
Yunani menolak bantuan dalam bentuk utang baru berjumlah 7,2 miliar euro atau sekitar Rp 108 triliun ini.
Dilansir dari CNN, ribuan masyarakat Yunani merayakan keputusan referendum di jalan-jalan Athena setelah pemungutan suara. Hasil ini bisa memaksa Yunani meninggalkan Euro dan harus mencetak uang sendiri.
Namun demikian, Yunani kini membutuhkan uang tunai untuk membuka kembali perbankan yang telah tutup selama seminggu. Uang juga dibutuhkan untuk membayar gaji dan pensiunan PNS di sana.
Eropa dan IMF hingga kini belum memberikan respon terkait keputusan Yunani. Meski demikian, mereka sudah dua kali menyelamatkan Yunani sejak 2010 dengan memberi pinjaman sebesar USD 264 miliar atau setara dengan Rp 3.526 triliun.
Wakil Kanselir Jerman, Angela Merkel dan Presiden Prancis Francois Hollande akan bertemu malam ini di Paris untuk membahas implikasi hasil referendum. Pejabat senior lainnya, termasuk Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi akan bicara malam ini. Pertemuan malam ini digelar sebelum pertemuan puncak kepala pemerintahan dari 19 negara yang menggunakan Euro pada Selasa nanti.
Sebelumnya, Yunani resmi menjadi negara bangkrut karena tidak mampu membayar utang sebesar USD 1,7 miliar atau setara Rp 22,7 triliun ke International Monetary Fund (IMF) yang jatuh tempo pada 30 Juni 2015 lalu.
Yunani menjadi negara maju pertama yang gagal bayar utang ke IMF, sebuah organisasi dari 188 negara yang mencoba untuk menjaga kestabilan ekonomi dunia. Akses Yunani ke IMF akan diputus hingga negara tersebut bisa melunasi utang-utangnya.
Sebenarnya Yunani bisa melunasi utangnya menggunakan dana bantuan yang diberikan tiga serangkai Uni Eropa, ECB dan IMF sekitar Rp 108 triliun. Namun, Yunani menolak syarat utang yang diajukan IMF, salah satunya pengurangan anggaran untuk gaji dan pensiun PNS dan menaikkan pajak di Yunani.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ekonomi Dunia Masih Terpuruk di 2024, Sri Mulyani Ungkap Penyebanya
Ramalan IMF menyebut kondisi ekonomi dunia masih terpuruk.
Baca SelengkapnyaDemi Bantu Kesusahan Warga Soal Ekonomi, Pelda TNI Indro Rela Pinjamkan Uang Tanpa Bunga
Demi Bantu Kesusahan Warga Soal Ekonomi, Pelda TNI Indro Rela Pinjamkan Uang Tanpa Bunga.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Sebut Ekonomi Makin Melemah: Amerika Kuat, China Terlilit Utang
Bank Dunia memprediksi ekonomi global dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Di Hadapan Muslimat NU, Jokowi Bersyukur Indonesia Tidak Jadi Pasien IMF
Jokowi mengajak masyarakat patut bersyukur karena Indonesia sampai saat ini mampu melewati berbagai tantangan dunia
Baca SelengkapnyaNaik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.364 Triliun
Naiknya utang luar negeri karena penarikan pinjaman, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek.
Baca SelengkapnyaEkonomi Kuartal III-2023 Turun, Masyarakat Lebih Banyak Bayar Cicilan Dibanding Belanja
Indef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.
Baca SelengkapnyaIstana: Tuduhan Kecurangan Pemilu 2024 Harus Diuji, Agar Tak Jadi Narasi Penggiringan Opini
Istana mempersilakan masyarakat melapor ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) apabila memang ada kecurangan dalam proses Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaKondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya
Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaNaik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Kini Tembus Rp6.231 Triliun
Posisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca Selengkapnya