Menyerah pada OPEC, Amerika & Rusia kurangi produksi minyak
Merdeka.com - Perusahaan minyak dunia belakangan ini menghadapi masalah yang cukup berat. Harga minyak mentah terus turun dan menggerus laba perusahaan. Bahkan, perusahaan minyak dunia seperti Shell akan mengurangi pegawai untuk efisiensi.
Rendahnya harga minyak dunia hingga mencapai di bawah USD 50 per barel terjadi karena banyaknya pasokan global. Negara penghasil minyak yang tergabung dalam OPEC maupun tidak terus memompa minyak mentah ke pasaran.
Namun kini, pasokan minyak dari negara non-OPEC akan diperlambat secara dramatis dan masuk ke kontraksi pertama sejak 2008. International Energy Agency dalam laporannya mengatakan, produsen minyak Amerika Serikat akan kembali memikirkan kembali prioritas mereka untuk memotong produksi.
"Kami berharap mayoritas produsen akan berjuang untuk mempertahankan tingkat ini lebih tinggi," ucap International Energy Agency dalam laporannya seperti dikutip dari CNN di Jakarta, Kamis (13/8).
OPEC, kartel 12 negara penghasil minyak yang dipimpin Arab Saudi sebelumnya telah memulai pertempuran sengit dengan negara non-OPEC. Mereka terus memompa minyak mentah dan menolak untuk memangkas produksi, hingga membuat harga minyak dunia anjlok parah.
Mereka berharap, pesaingnya bisa mengurangi produksi karena tertekan harga yang murah dan biaya produksi yang tinggi. Amerika Serikat dan Rusia serta negara non-OPEC lainnya awalnya tidak mau mengalah hingga akhirnya stok minyak mentah menumpuk.
Namun, negara non-OPEC akhirnya mengalah dengan akan mengurangi produksi minyak mentah mereka mulai 2016 mendatang. Negara non-OPEC akan mengurangi 200.000 barel per hari.
Jika dilihat trend dari beberapa tahun lalu, produksi minyak negara non-OPEC terus menurun. Pertumbuhan pada 2014 mencapai 2,4 juta barel hari. Kemudian pada 2015, pertumbuhan hanya 1,1 juta barel per hari dengan rata rata produksi harian mencapai USD 58,1 miliar. Di 2016, pertumbuhan produksi akan dikurangi 200.000 barel per hari.
Sementara itu, OPEC tidak akan memangkas produksi minyak mereka dan akan melanjutkan peningkatan pada 2016 mendatang. Selain itu, Iran pada tahun depan diprediksi juga akan mulai menyuplai minyak mentahnya ke pasar global dan kembali menjadi kekuatan energi global.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Produksi Minyak Sentuh Level Tertinggi Sejak 1987, Kebutuhan Energi Selama Lebaran Dipastikan Aman
Tingkat produksi itu dicapai atas keberhasilan sumur pengembangan ST-217 yang berkontribusi sebesar 269 BOPD.
Baca SelengkapnyaIndonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global
Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaNaik 10 Persen, Produksi Minyak Pertamina Hulu Energi Tembus 566.000 Barel per Hari di 2023
Angka capaian ini juga mencatatkan peningkatan produksi minyak sebesar 27,22 persen dari 2021 atau 10,12 persen dari 2022.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Catat! Kemendag Jamin Harga Minyak Kita Tak Naik Hingga Lebaran 2024
Hal ini merespons isu kenaikan harga minyak kita akibat kurangnya realisasi domestic market obligation (DMO) oleh produsen.
Baca SelengkapnyaAlami Tren Penurunan Harga, Bos IBC Percaya Diri Permintaan Nikel Tetap Tinggi
Permintaan nikel diprediksi akan terus meningkat seiring dengan tren kendaraan listrik.
Baca SelengkapnyaTerapkan Strategi Ini, PHE Temukan 1,4 Miliar Barel Setara Minyak Sepanjang 2023
Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), kebutuhan dalam negeri akan energi minyak dan gas secara volumetrik masih akan terus meningkat setiap tahunnya.
Baca SelengkapnyaUsai Tertahan di Februari 2024, Harga BBM Pertamina Bakal Naik Usai Pemilu?
Usai Pemilu 2024, Arifin pun mempersilakan penjualan BBM non-subsidi kepada masing-masing badan usaha, mengikuti pergerakan harga minyak dunia.
Baca SelengkapnyaHarga Minyak Diprediksi Melonjak Akibat Serangan Houthi di Laut Merah
Tujuan serangan sebagai bentuk dukungan kepada Palestina ketika Israel dan Hamas melancarkan perang.
Baca SelengkapnyaData BPS: Neraca Perdangan Indonesia Surplus 44 Kali Berturut-turut
Neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,89 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan juga minyak mentah.
Baca Selengkapnya