Menteri Susi bela nelayan soal tingginya kredit macet
Merdeka.com - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti ikut prihatin tingginya NPL (Non Performing Loan) alias kredit macet sektor kemaritiman Indonesia. Angka kredit macet sektor nelayan ini bahkan mencapai 14,19 persen. Menurut Susi, hal ini terjadi karena persoalan budaya di pantai utara Jawa, di mana hasil kelautan di pegang oleh laki-laki.
"Mungkin permasalahan kulturnya dibina itu mungkin lebih mudah nantinya," kata Susi di Jakarta, Kamis (27/11).
Menurut Susi, hasil perikanan dan perekonomian nelayan seharusnya dikelola oleh perempuan. Hal ini seperti yang telah dilakukan di pantai selatan Jawa. Bos penerbangan Susi Air itu menyebut, sebagian besar nelayan pantai selatan tidak bermasalah dengan kredit karena memiliki manajemen yang baik.
"Di Selatan, nelayan itu rata-rata hanya menangkap ikan, lalu hasilnya diberikan kepada istrinya. Nah istrinya yang menjual, jadi uang dipegang istrinya," jelasnya.
Direktur Utama BRI Sofyan Basyir mengungkapkan, pihaknya telah mempunyai skema khusus bagi para nelayan. Dirinya juga tak menampik banyaknya masalah kredit, namun pihaknya optimis sektor maritim bakal lebih maju di tangan Menteri Susi.
Soal kredit macet yang dipengaruhi faktor budaya di pantai utara Jawa, Sofyan pun tak menampiknya. "Itu kan tadi dibilang di utara, penguasa laki. di pantai selatan penguasanya ibu-ibu," ungkap Sofyan.
Selain itu, bank plat merah ini juga sesumbar bakal membangun koperasi wanita di pantai utara Jawa. "Tapi mereka harus kita kelompokkan mungkin kita bangun koperasi wanita nelayan sehingga keuangannya dipegang wanita," tutupnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peningkatan kredit atau pembiayaan didorong oleh peningkatan permintaan kredit sejalan dengan tetap terjaganya kinerja korporasi.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan dan investasi korporasi yang diperkirakan terus meningkat.
Baca SelengkapnyaRealisasi penyaluran kredit dan pembiayaan BTN sepanjang tahu 2023 mencapai Rp333,69 triliun.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ganjar menjanjikan pemutihan utang dan kredit macet yang sedang dihadapi oleh kelompok petani
Baca SelengkapnyaOptimistis tersebut juga ditopang dengan dukungan dari sisi permodalan bank yang kuat.
Baca SelengkapnyaBanyak nelayan yang tidak bisa menikmati hasil jerih payahnya dari melaut karena memiliki tanggungan.
Baca SelengkapnyaPenyelesaian ini diharapkan dapat mendukung peningkatan kualitas aset Bank BTN yang berdampak pada peningkatan kinerja Perseroan.
Baca SelengkapnyaApabila kerugian yang dialami perusahaan disebabkan risiko bisnis dari Investree itu sendiri, tentu penanganan OJK berbeda.
Baca SelengkapnyaProgram Capres 2024 nomor urut 3 itu sangat tepat untuk menyelesaikan problem sehari-hari yang dialami nelayan.
Baca Selengkapnya