Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menperin Pede Industri Manufaktur Tak Lagi Tumbuh Negatif di Kuartal II-2021

Menperin Pede Industri Manufaktur Tak Lagi Tumbuh Negatif di Kuartal II-2021 Pelabuhan. ©2013 Merdeka.com/arie basuki

Merdeka.com - Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita mengklaim, tren pertumbuhan industri manufaktur menunjukkan arah perbaikan sejak kuartal IV-2020 sampai kuartal I-2021. Bahkan angka pertumbuhannya lebih baik dari angka pertumbuhan ekonomi secara kuartalan.

Adapun sektor-sektor yang menjadi prime mover dari pertumbuhan kuartal I-2021 ini adalah industri kimia, farmasi dan obat tradisional. Kemudian diikuti industri furnitur, industri logam dasar, industri karet, barang dari karet dan plastik, industri mesin dan perlengkapan, serta industri makanan dan minuman.

"Bila kita lihat secara year on year, industri non migas memang masih menunjukkan angka kontraksi sebesar minus 0,71 persen, tetapi apabila kita lihat angka kontraksi tersebut berada di atas pertumbuhan ekonomi, yang minus 0,74 persen," katanya di Jakarta, Rabu (5/5).

Menperin Agus menyebutkan, industri yang tumbuh positif secara tahunan adalah industri kimia, farmasi dan obat tradisional sebesar 11,46 persen, disusul industri furnitur sebesar 8,04 persen, industri logam dasar sebesar 7,71 persen, industri karet, barang dari karet dan plastik sebesar 3,84 persen, industri mesin dan perlengkapan sebesar 3,22 persen, serta industri makanan dan minuman sebesar 2,45 persen.

"Kami yakin pada kuartal kedua, pertumbuhan industri sudah bisa masuk teritori positif, seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi. Artinya, pemerintah sangat optimis terhadap pertumbuhan ekonomi di depan," ujarnya.

Optimisme itu didukung dengan capaian gemilang dari sektor industri belakangan ini. Misalnya, pada bulan Maret 2021, tercatat Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia berada di level tertinggi sepanjang sejarah, yaitu 53,2. Hebatnya lagi, di bulan April, meningkat menjadi 54,6. Sejalan dengan kenaikan PMI tersebut, utilisasi industri pengolahan nonmigas pada bulan Maret 2021 sebesar 61,30 persen, meningkat dibanding dua bulan sebelumnya.

"Selain itu, kami juga perlu sampaikan bahwa apabila kita lihat secara q to q untuk beberapa indikator naik double digit, seperti produksi mobil yang naik sebesar 23,36 persen, penjualan mobil naik 16,63 persen, dan penjualan sepeda motor naik 64,52 persen," tuturnya.

Selama ini, industri otomotif berperan strategis dalam memacu perekonomian karena memiliki banyak sektor penunjangnya. Menperin Agus menyatakan, kinerja positif itu menandakan sektor industri mulai menggeliat kembali untuk terus berproduksi dalam roda perekonomian.

"Momentum ini jangan sampai hilang. Oleh karena itu, kita jaga dengan beberapa kebijakan dan program yang telah Kemenperin jalankan," imbuhnya.

Agus mengemukakan, sektor industri pengolahan non migas masih menjadi motor penggerak roda perekonomian nasional pada kuartal I tahun 2021. Terlihat dari kontribusinya terhadap PDB nasional sebesar 17,91 persen, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2020 yang tercatat sebesar 17,86 persen.

Selain itu, tercatat nilai ekspor sektor industri pada Januari-Maret 2021 sebesar USD38,95 miliar dan menghasilkan neraca surplus sebesar USD3,69 miliar. Tiga industri yang memberikan nilai terbesar, yakni industri makanan sebesar USD9,68 miliar, industri logam dasar sebesar USD5,86 miliar, serta industri bahan kimia, farmasi dan obat tradisional sebesar USD4,30 miliar.

Berikutnya, nilai investasi sektor industri pada periode Januari-Maret 2021 sebesar Rp88,3 triliun, naik 37,97 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Nilai investasi terbesar diberikan oleh industri logam, mesin dan elektronik sebesar Rp31,2 triliun, industri makanan sebesar Rp21,8 triliun, serta industri kimia dan farmasi sebesar Rp9,4 triliun.

Substitusi Impor

Dia menambahkan, pihaknya telah meluncurkan program substitusi impor 35 persen pada tahun 2022. Nilai substitusi impor yang ditargetkan adalah sebesar Rp152, 83 triliun atau 35 persen dari potensi impor tahun 2019 yang sebesar Rp434 triliun rupiah. Langkah-langkah untuk penurunan impor dilakukan melalui substitusi impor dan peningkatan utilisasi sektor industri.

"Langkah-langkah mengakselerasi program substitusi impor dan mendorong akselerasi pertumbuhan industri pada tahun 2021ini akan diimplementasikan ke dalam kebijakan dan program strategis untuk dapat dilaksanakan pada tahun 2021," terangnya.

Adapun kebijakan dan program tersebut, di antaranya program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Melalui program ini, diharapkan dapat meningkatkan investasi dan menutup pohon-pohon industri yang masih diisi oleh barang-barang impor.

"Kami juga memfasilitasi pemberian sertifikat tingkat kandungan dalam negeri (TKDN), yang akan mempermudah industri kecil dan menengah (IKM) memasukkan produk-produknya ke dalam e-katalog, sehingga akan memperluas pasar mereka," paparnya.

Kebijakan lainnya, yakni penurunan harga gas, program hilirisasi mineral, pengembangan kawasan industri, program pengembangan Digital Capability Center, program pengembangan vokasi industri, program pengembangan IKM, dan program Bangga Buatan Indonesia.

(mdk/idr)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kinerja Industri Pembiayaan Diprediksi Tumbuh Hingga 16 Persen di 2024

Kinerja Industri Pembiayaan Diprediksi Tumbuh Hingga 16 Persen di 2024

Industri pembiayaan diprediksi akan terus meningkat tahun ini.

Baca Selengkapnya
Kondisi Timur Tengah Memanas, Pemerintah Siapkan Langkah Ini untuk Lindungi Industri Dalam Negeri

Kondisi Timur Tengah Memanas, Pemerintah Siapkan Langkah Ini untuk Lindungi Industri Dalam Negeri

Pemerintah berupaya menyiapkan kebijakan-kebijakan strategis untuk menjaga sektor industri.

Baca Selengkapnya
Penerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun

Penerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun

Mayoritas jenis pajak utama tumbuh positif sejalan dengan ekonomi nasional yang stabil.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Ekonomi Indonesia Tahun 2023 Malah Melemah di Tahun Politik, Ada Apa?

Ekonomi Indonesia Tahun 2023 Malah Melemah di Tahun Politik, Ada Apa?

Persiapan pemilu juga ikut memengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2023.

Baca Selengkapnya
Jokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023

Jokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023

Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).

Baca Selengkapnya
Ternyata, Indonesia Banyak Impor Mesin Sepanjang Januari 2024

Ternyata, Indonesia Banyak Impor Mesin Sepanjang Januari 2024

Untuk rinciannya, nilai impor mesin/peralatan mekanis mencapai USD 123,79 juta atau tumbuh 4,52 persen.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Kaltim Tumbuh 6,22 Persen di 2023, Lebih Tinggi dari Rata-Rata Nasional

Ekonomi Kaltim Tumbuh 6,22 Persen di 2023, Lebih Tinggi dari Rata-Rata Nasional

Pertumbuhan ekonomi tahun 2023 didorong oleh capaian kinerja yang positif di seluruh lapangan usaha di Kalimantan Timur.

Baca Selengkapnya
Cak Imin: Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen Bisa Jadi Omong Kosong

Cak Imin: Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen Bisa Jadi Omong Kosong

Kalau target pertumbuhan ekonomi dipaksakan sampai 7 persen yang terjadi bukan pertumbuhan yang sehat.

Baca Selengkapnya
Untung Rugi Pemerintah Guyur Diskon Industri Motor dan Mobil Listrik

Untung Rugi Pemerintah Guyur Diskon Industri Motor dan Mobil Listrik

Pemberian insentif bertujuan meningkatkan hingga mempercepat produksi dan penggunaan kendaraan listrik di dalam negeri.

Baca Selengkapnya