Menkeu bantah rupiah melemah akibat ketidakjelasan kebijakan BBM
Merdeka.com - Menteri Keuangan Chatib Basri menegaskan jatuhnya rupiah ke level paling rendah dalam 4 tahun terakhir bukan disebabkan karena ketidakpastian dalam kebijakan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi. Rupiah yang terkoreksi hingga menjadi Rp 9.889 per USD disebabkan karena fluktuatifnya kondisi pasar.
Chatib menyatakan seharusnya rupiah mengalami penguatan. Sebab, bank sentral Amerika Serikat berencana menghentikan pengeluaran uang secara besar-besaran atau quantitative easing.
"Ben Bernanke baru bicara tentang quantitative easing, kemungkinan penghentian QE yang implikasinya itu kalau dilakukan bahwa arus capital dalam bentuk portofolio ke emerging market itu akan melambat," ujar Chatib usai rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (29/5).
Pasar menurutnya belum menangkap realisasi rencana penghentian QE tersebut. Pasalnya, ada segmen pasar yang masih menginginkan QE tersebut dilakukan, sehingga belum dapat menghentikannya.
"Jadi signal dari Bernanke seperti itu tapi kita mesti lihat, ini yang biasanya direspon market dengan cepat," tegas dia.
(mdk/bmo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
BI Prediksi Ekonomi Dunia Tumbuh Melambat di 2024, Bagaimana dengan Indonesia?
Pasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaNaik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Kini Tembus Rp6.231 Triliun
Posisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca SelengkapnyaRupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand, Ini Buktinya
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya
Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaGubernur BI Beberkan Penyebab Menguatnya Nilai Tukar Dolar AS, Buat Rupiah Tak Berdaya
Hal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaKeuangan Masyarakat Sudah Pulih, Kadin Proyeksi Perputaran Uang Selama Lebaran Tembus Rp157,3 Triliun
Dengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca SelengkapnyaEkonomi Global Masih Belum Stabil, Diprediksi Cuma Tumbuh 3,0 Persen
Dua faktor ini menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi global terganggu, bahkan lebih rendah dari proyeksi tahun lalu.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi Tegaskan Pemerintah Tak akan Naikkan Harga BBM
Jokowi meny ampaikan usai menggelar rapat internal di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Baca SelengkapnyaKurs Rupiah Anjlok 2,02 Persen, Gubernur BI: Lebih Baik Dibanding Ringgit Malaysia
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar Rupiah hingga 19 Maret 2024 relatif stabil.
Baca Selengkapnya