Menanti keperkasaan rupiah atas dolar AS
Merdeka.com - Bank sentral Amerika atau The Fed telah memutuskan kebijakan quantitative easing tahap ketiga atau mencetak dolar AS dalam jumlah cukup besar hingga mencapai USD 40 miliar. Akibatnya, likuiditas dolar akan bertambah. Dari kebijakan itu, Bank Indonesia melihat potensi penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menuturkan, dengan kebijakan quantitative easing, nilai tukar USD terhadap mata uang dunia diperkirakan akan melemah. Namun, semua tergantung dengan kemampuan perekonomian masing-masing negara.
"Walau tidak sebesar yang pertama dan kedua, itu (quantitative easing sebesar USD 40 miliar) berarti likuiditas dolar di dunia bertambah. Itu tekanannya akan sedikit melemahkan dolar secara umum, jadi persoalannya tinggal kekuatan ekonomi masing-masing sebetulnya," ujar Darmin di kompleks Bank Indonesia, Jumat (14/9).
Darmin melihat, perekonomian Indonesia dari sisi keseimbangan internalnya sudah bagus dan kuat. Begitu pula untuk pertumbuhan dan tekanan inflasi yang rendah. Serta defisit fiskal yang terjaga. Gambaran tersebut diyakini akan membuat modal asing (FDI) mengalir cukup deras ke dalam negeri.
"Jadi kita punya kekuatan untuk untuk menarik bagi masuknya uang dari luar walaupun tidak besar-besaran seperti dulu," kata Darmin.
Terlepas dari itu, kondisi neraca pembayaran yang mengalami defisit di transaksi berjalan tetap perlu mendapat perhatian.
"Kita sendiri di dalam keseimbangan eksternal tidak begitu baik, dalam defisit di transaksi berjalan sehingga bagaimanapun itu akan mempengaruhi apa namanya keseimbangan eksternal, baik pada akhirnya tertuang dalam nilai tukar rupiah," jelasnya.
Bank sentral dan pemerintah akan terus berkoordinasi untuk mengatasi defisit neraca transaksi berjalan pada semester I/2012 yang mencapai USD 6,9 miliar atau 3,1 persen dari PDB akibat aktivitas impor yang lebih besar dibandingkan ekspor.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
BI Prediksi Ekonomi Dunia Tumbuh Melambat di 2024, Bagaimana dengan Indonesia?
Pasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaRupiah Terus Menguat Sepanjang 2023, Salip Bath Thailand dan Peso Filipina
Nilai tukar rupiah pada 2023 cenderung mengalami penguatan lebih besar dibanding negara di kawasan ASEAN.
Baca SelengkapnyaKeuangan Masyarakat Sudah Pulih, Kadin Proyeksi Perputaran Uang Selama Lebaran Tembus Rp157,3 Triliun
Dengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Ringgit Malayia dan Won Korsel
Per 20 Februari 2024, nilai tukar Rupiah kembali menguat 0,77 persen secara poin to poin (ptp) setelah pada Januari 2024 melemah 2,43 persen.
Baca SelengkapnyaRupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand, Ini Buktinya
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.
Baca SelengkapnyaKurs Rupiah Anjlok 2,02 Persen, Gubernur BI: Lebih Baik Dibanding Ringgit Malaysia
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar Rupiah hingga 19 Maret 2024 relatif stabil.
Baca SelengkapnyaADB Ingatkan Kenaikan Harga Beras Bisa Ganggu Perekonomian di Asia-Pasifik
ADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaTak Dapat Uang Baru dan Masyarakat Setrika Uang Lama, Bank Indonesia Beri Respons Begini
Mencuci dan menyetrika akan mempercepat kerusakan uang.
Baca Selengkapnya