Masyarakat non muslim mulai gilai pasar wisata syariah

Merdeka.com - Pemilik jaringan Hotel Sofyan, Riyanto Sofyan mengaku gembira mendengar niat pemerintah yang akan merampungkan sertifikasi halal restoran, spa dan biro perjalanan wisata. Hal ini diyakini akan meningkatkan pertumbuhan pariwisata syariah di Indonesia.

Dia yakin, masyarakat non muslim juga mencari wisata syariah. "Kini masyarakat barat sudah mulai back to nature, menggunakan hal yang halal," ucap Riyanto dalam acara seminar di Hotel Sofyan, Jakarta, Sabtu (27/9).

Riyanto menyebut potensi ekonomi warga muslim dunia cukup besar. Berdasarkan demografi masyarakat dunia saat ini, sekitar 56 persen warga muslim berada dalam masa produktif. Mereka mulai mengubah kebiasaan dari muslim tradisional ke muslim yang tidak menolak perubahan zaman. "Lebih terbuka terhadap teknologi, life style namun masih berpegang pada aturan agama," katanya.

Dalam pertumbuhan ekonomi global, GDP negara islam yang tergabung dalam organisasi OKI tercatat hingga USD 9,6 triliun, persis di bawah pendapatan Amerika Serikat USD 16 triliun, dan di atas Cina yang hanya USD 8,5 triliun. Pertumbuhan negara OKI itu jauh lebih tinggi 6,3 dibanding negara lain yang hanya 5,3 persen.

Melihat besarnya potensi wisata ini, beberapa negara dunia seperti Thailand, Autralia dan Amerika yang selama ini kurang memperhatikan perkembangan wisata syariah, mulai merancang strategi untuk menghimpun potensi mereka. "Kenapa kita tidak bisa bersaing dengan mereka, saya berharap pemerintah menangkap potensi ini."

Negara tersebut, menawarkan konsep wisata syariah yang lebih aman dengan label halal. Dia mencontohkan, seluruh jaringan hotel Sofyan mulai menanggalkan kebiasaan lama yang kerap menyuguhkan minuman alkohol dan digantinya dengan kebiasaan lain. "Pertumbuhan kami masih bagus bahkan tahun lalu tumbuh 13 persen," ungkapnya.