Merdeka.com - Setelah secara resmi ditetapkannya sebagai pemegang Pemilihan Presiden oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla mulai sibuk mencari sosok menteri yang akan masuk dalam kabinet pemerintahannya lima tahun ke depan atau periode 2014-2019.

Di luar itu, mulai beredar nama-nama yang disebut-sebut bakal duduk di kursi kabinet Jokowi - JK. Bayu Krisnamurthi termasuk salah satu nama yang disebut-sebut dipersiapkan menduduki posisi Menteri Pertanian.

Saat ini Bayu menjabat Wakil Menteri Perdagangan dalam Kabinet Indonesia Bersatu jilid II milik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sebelumnya, Bayu juga pernah duduk di kursi Wakil Menteri Pertanian. Bayu bertemu dengan Jokowi dalam sebuah acara buka puasa bersama di kediaman Menko Perekonomian Chairul Tanjung.

"Ya tadi malam saya buka puasa bersama Pak Jokowi. Tapi itu ramai-ramai, ada sekitar 300 orang. Sama Pak CT (Chairul Tanjung) juga," ungkap Bayu di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta Pusat, Jumat (25/7).

Bayu berkilah bahwa acara buka puasa tersebut hanyalah acara biasa. Dari pantauannya, saat itu Jokowi lebih banyak berinteraksi dengan Chairul Tanjung.

"Pokoknya yang paling banyak curhat Pak CT dengan Pak Jokowi," ucapnya.

Saat ditanya terkait kabar dirinya masuk dalam salah satu calon Menteri Pertanian dalam Kabinet Pemerintahan Jokowi - JK mendatang, Bayu menjawab diplomatis.

"Itu kan hak prerogatif (Jokowi). Kita lihat saja nanti. Tenang saja. Masih lama kan. Orang masih ada proses MK juga," jawabnya santai.

Meski demikian, Bayu melihat ke depannya, siapapun yang menjadi menteri di sektor pertanian dan perdagangan, harus benar-benar bisa memastikan pasokan terpenuhi di saat permintaan masyarakat meningkat.

"Kalau saya sih bicara secara nasional bukan hanya pertanian. Yakni strategi dasar yang harus kita bawa ke depan itu bagaimana supply respon terhadap peningkatan permintaan," ucapnya.

Bayu menambahkan, Indonesia mempunyai potensi pasar yang besar. Namun, itu akan sia-sia jika tidak diimbangi dari segi produktivitas.

"Production sector kita harus bisa merespon itu (demand yang besar). Kalau enggak ya kita akan justru sayangkan potensinya. Potensinya tidak bisa kita manfaatkan," jelasnya.

"Apalagi dalam bisnis dan ekonomi, permintaan itu adalah faktor yang paling pertama dilihat. Dan untuk Indonesia itu permintaannya ada, gede," tambahnya.