Lapor pemalakan, anak buah Dahlan diserang DPR
Merdeka.com - Komisi VI DPR benar-benar marah melihat tingkah Direktur Utama RNI, Ismed Hasan Putro yang melaporkan adanya pemalakan oleh anggota DPR ke perusahaan BUMN.
Anggota DPR silih berganti menghujam Ismed. Bahkan Komisi VI meminta Ismed membuka nama anggota DPR yang pernah melakukan pemalakan tersebut.
Salah satu Anggota Komisi VI DPR, Azam Azman Natawijaya mengaku selama menjabat sebagai anggota DPR tidak pernah melakukan pemalakan. Laporan Ismed tersebut dinilai telah membuat buruk citranya di masyarakat.
"Kita buka sekarang, komisi berapa itu, kita buka sekarang depan publik ini. Saya tidak pernah menerima apa apa, saya komisi VI. Tidak pernah ada itu (pemalakan) dari 2004-2009.
DPR nya siapa buka sekarang," ucap Azam dalam rapat dengar pendapat di Komisi VI Jakarta, Selasa (2/4).
Rapat kali ini seharusnya adalah rapat panja sawit yang akan membahas mengenai kelapa sawit. Rapat yang digelar sejak pukul 13.00 WIB tersebut hingga saat ini justru masih membahas tentang kasus pemalakan yang sempat membuat hubungan DPR dan Dahlan Iskan panas.
Azam terus meminta dan mendesak Ismed membuka nama anggota DPR yang melakukan pemalakan.
"Bilang di BK lain urusannya di sini. Kita harus buka disni," jelasnya.
Azam menuding, cerita Ismed tentang pemalakan tersebut cuma akal akalan.
"Seolah-olah diminta DPR uang saudara kantongi sendiri. Ini bukan tidak mungkin," tegasnya.
Di tempat yang sama, anggota Komisi VI lainnya Chairuman Harahap mengatakan momentum rapat kali ini adalah momen yang tepat karena baru bertemu dengan Ismed. "Ini momentum kami semua bertemu dengan bapak untuk klarifikasi," ucapnya.
Bahkan pimpinan rapat Erik Satrya Wardhana ikut meminta Ismet membuka nama anggota DPR pemalak tersebut sebelum agenda rapat mengenai sawit dilanjutkan.
"Ada niat tidak baik pak, saya kembalikan kepada Ismed untuk menjawab," tegasnya.
Komisi VI berebutan ingin berbicara dan menanyakan kepada Ismed tentang kebenaran kasus pemalakan. Anggota Komisi VI merasa tidak terima dengan tindakan Ismed. Bahkan dalam rapat ini, salah satu anggota DPR memutar rekaman Ismed sedang diwawancara oleh salah satu stasiun televisi.
Dalam rekaman tersebut, Ismed menyebut telah terjadi pemalakan hingga Rp 1 miliar dalam gelaran satu Rapat Dengar Pendapat.
"Kita dengarkan semua, biar semua orang mendengar ini (laporan Ismed)," ucap Azam.
Di sela pendengaran rekaman tersebut, anggota DPR lainnya juga berbicara seakan tidak terima dengan tindakan Ismed. Menurutnya tindakan Ismed tersebut membuat nama DPR tercoreng sebagai lembaga yang suka meminta minta.
"Opini masyarakat setiap RDP harus bawa uang 1 miliar tentu salah satunya komisi VI. Tuduhan ini tidak benar. Kalau begitu kita minta DPR yang mana yang minta. Biar rakyat tau DPR bukan orang minta minta," ucap salah satu anggota DPR.
Menanggapi penyerangan ini, Ismed hanya tertunduk lesu dan mengatakan kalau masalah ini sudah diklarifikasi kepada Badan Kehormatan DPR.
"Saya tidak menyebut komisi tertentu. Pertanggungjawaban saya sudah saya klarifikasi dan disimpulkan oleh badan kehormatan. Saya sampaikan dewan kehormatan, bukan Komisi VI," ucap Ismed yang langsung disambut riuh Komisi VI.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Aliansi Masyarakat Adat Nasional menggugat DPR dan pemerintah ke PTUN karena dianggap abai
Baca SelengkapnyaHal itu diprediksi dari rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Pemilu 2024
Baca SelengkapnyaIstrinya tengah menjalani rawat jalan sejak mengidap ODGJ enam bulan lalu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Bupati Rembang berharap mereka tak hanya bergantung hidup dari gaji sebagai seorang anggota dewan.
Baca SelengkapnyaAyahnya merupakan Anggota DPRD Rembang. Namun ia bercita-cita melampaui pencapaian sang ayah
Baca SelengkapnyaWacana hak angket untuk mengusut kecurangan Pemilu 2024 masih bergulir.
Baca SelengkapnyaDiduga Lakukan Pelanggaran Pemilu, Anggota DPR RI Diproses Polres Batang
Baca SelengkapnyaMulanya, Kepala Baleg Supratman Andi Agtas menyampaikan laporan terkait pembahasan RUU Desa.
Baca SelengkapnyaPengungkapan kasus ini bermula dari peristiwa kebakaran
Baca Selengkapnya