Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kronologi Lengkap Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Kepulauan Seribu

Kronologi Lengkap Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Kepulauan Seribu Black Box Sriwijaya Air. ©2021 Liputan6.com/Johan Tallo

Merdeka.com - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap hasil akhir investigasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 pada 9 Januari 2021 di perairan Kepulauan Seribu.

Dalam laporannya, KNKT menyatakan bahwa kedua black box (alat perekam penerbangan) yang terdiri dari Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR) telah berhasil diunduh datanya di fasilitas KNKT.

"FDR merekam 370 parameter selama 27 jam termasuk penerbangan yang mengalami kecelakaan. CVR merekam suara dalam 4 kanal terpisah selama 2 jam," ungkap KNKT dikutip dari laman knkt.go.id, Jumat (11/11).

Pada kanal 1 dan kanal 2 merekam suara percakapan dari Second in Command (copilot) selama penerbangan, kanal 3 berisi rekaman suara Pilot in Command (captain pilot) ketika berkomunikasi dengan teknisi pesawat udara ketika di darat.

Rekaman suara captain pilot selama penerbangan hanya di kanal 2 ketika suaranya cukup keras untuk direkam melalui mikrofon yang ada di headset copilot.

Kanal 4, yang seharusnya merekam seluruh suara yang ada di cockpit tertutup oleh suara dengungan (noise) pada frequensi 400 Hz, sehingga suara percakapan tidak terdengar. Investigasi tidak dapat mengetahui penyebab gangguan pada kanal 4.

Tidak terdengar dengan jelasnya suara captain pilot selama penerbangan dan adanya gangguan pada kanal 4 menyebabkan investigasi tidak dapat menganalisa koordinasi antar pilot di ruang kemudi (cockpit) secara mendalam.

Kronologi Kecelakaan

Pada tanggal 9 Januari 2021, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dioperasikan untuk penerbangan berjadwal dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, menuju Bandar Udara Internasional Supadio, Pontianak dengan nomor penerbangan SJY182. Pesawat udara tinggal landas pada pukul 14.36 WIB.

Pada saat sedang bergerak naik (climb), pengaturan arah pada autopilot (A/P) berubah dari LNAV ke HDG SEL dan disusul perubahan pengaturan vertical berubah menjadi V/S dan MCP SPD. Perubahan ini membutuhkan tenaga mesin yang lebih kecil. Normalnya, pengatur tenaga mesin (thrust lever) akan bergerak mundur bersama untuk mengurangi tenaga mesin.

FDR merekam bahwa thrust lever kiri bergerak mundur sedangkan yang kanan tetap, sehingga terjadi perbedaan tenaga mesin di mana tenaga mesin kiri lebih kecil dibandingkan dengan tenaga mesin sebelah kanan (asymmetry).

Investigasi menyimpulkan bahwa sistem autothrottle tidak dapat menggerakkan thrust lever kanan akibat adanya gaya gesek (kesat) atau gangguan lain pada bagian mekanikal thrust lever kanan. Menjelang ketinggian 11.000 kaki, permintaan tenaga mesin semakin berkurang, hal ini membuat thrust lever kiri semakin mundur.

Pesawat udara Boeing 737-500 telah dilengkapi dengan sistem Cruise Thrust Split Monitor (CTSM) yang berfungsi menonaktifkan autothrottle jika terjadi asymmetry, untuk mencegah perbedaan tenaga mesin yang lebih besar.

Penonaktifan autothrottle terjadi antara lain jika flight spoiler membuka lebih dari 2,5° selama minimum 1,5 detik. Kondisi ini tercapai pada pukul 14.39.40 WIB saat pesawat udara berbelok ke kanan dengan sudut 15°, tetapi autothrottle tetap aktif dan menjadi non aktif pada pukul 14.40.10 WIB.

Keterlambatan ini diyakini karena flight spoiler memberikan informasi dengan nilai yang lebih rendah disebabkan karena penyetelan (rigging) pada flight spoiler. Adapun penyetelan pada flight spoiler ini belum pernah dilakukan di Indonesia.

Asymmetry menimbulkan perbedaan tenaga mesin yang menghasilkan gaya yang membuat pesawat udara pesawat bergeleng (yaw) ke kiri.

Secara aerodynamic, yaw akan membuat pesawat miring (roll) dan berbelok ke kiri. Gaya miring (roll) yang membelokkan pesawat udara ke kiri yang dihasilkan oleh perbedaan tenaga mesin menjadi lebih besar dari gaya yang membelokkan ke kanan yang dihasilkan oleh aileron dan flight spoiler, sehingga pesawat berbelok ke kiri.

Keterlambatan CTSM

Keterlambatan CTSM untuk menonaktifkan autothrottle menyebabkan perbedaan tenaga mesin semakin besar, dan pesawat udara berbelok ke kiri yang seharusnya ke kanan. Deviasi berbeloknya pesawat udara tidak sesuai dengan yang diinginkan merupakan indikasi bahwa pesawat udara telah berada pada kondisi upset.

Perubahan yang terjadi di cockpit, antara lain perubahan posisi thrust lever, penunjukan indikator mesin, dan perubahan sikap pesawat yang tergambar pada EADI (Electronic Attitude Direction Indicator) tidak disadari oleh pilot. Hal ini mungkin disebabkan karena kepercayaan (complacency) terhadap sistem otomatisasi.

Pada saat pesawat berbelok ke kanan, dan kemudi miring ke kanan dapat membuat pilot berasumsi pesawat berbelok ke kanan sesuai yang diinginkan. Kondisi tersebut merupakan confirmation bias yaitu kondisi dimana seseorang mempercayai informasi yang mendukung opini atau asumsinya.

Complacency terhadap sistem otomatisasi dan confirmation bias kemungkinan telah menyebabkan dikuranginya monitor pada instrumen dan keadaan lain yang terjadi.

Pada saat kemudi miring ke kanan, sementara itu pesawat berubah menjadi miring dan berbelok ke kiri, kemudian disusul peringatan kemiringan yang berlebih (bank angle warning). Selanjutnya A/P menjadi non aktif (disengaged) dan kemudi dimiringkan ke kiri.

Kurangnya monitoring pada instrumen dan posisi kemudi yang miring ke kanan mungkin telah menimbulkan asumsi bahwa pesawat miring ke kanan sehingga tindakan pemulihan tidak sesuai. Investigasi juga menemukan bahwa belum adanya aturan tentang Upset Prevention and Recovery Training (UPRT) berpengaruh terhadap pelatihan yang dilaksanakan oleh maskapai.

Reporter: Tira Santia

Sumber: Liputan6.com

(mdk/idr)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Fakta-Fakta Kecelakaan Pesawat Smart Air di Hutan Belantara Kalimantan

Fakta-Fakta Kecelakaan Pesawat Smart Air di Hutan Belantara Kalimantan

Pesawat Smart Air dengan nomor penerbangan PK-SNN mengalami kecelakaan sehingga jatuh di kawasan Bukit Narif Krayan Tengah

Baca Selengkapnya
Penjelasan Lengkap KNKT soal Pilot dan Copilot Batik Air Tidur saat Terbangkan Pesawat, Sempat Mengelak Alat Komunikasi Rusak

Penjelasan Lengkap KNKT soal Pilot dan Copilot Batik Air Tidur saat Terbangkan Pesawat, Sempat Mengelak Alat Komunikasi Rusak

Keduanya mengoperasikan pesawat Airbus A320 dengan nomor penerbangan ID6723 dari Kendari ke Jakarta.

Baca Selengkapnya
JK Sentil Prabowo soal Data Pertahanan Dirahasiakan: You Beli 2 Pesawat, Amerika dan Eropa Tahu

JK Sentil Prabowo soal Data Pertahanan Dirahasiakan: You Beli 2 Pesawat, Amerika dan Eropa Tahu

Jusuf Kalla (JK) menyentil Prabowo Subianto saat menolak membuka data pertahanan.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Sipil Jadi Sasaran KKB, Begini Kronologi Penembakan Pesawat Wings Air di Papua

Sipil Jadi Sasaran KKB, Begini Kronologi Penembakan Pesawat Wings Air di Papua

Dalam insiden tersebut seorang penumpang mengalami luka ringan akibat terkena serpihan kabin.

Baca Selengkapnya
Kronologi Pilot dan Kopilot Batik Air Tidur di 36 Ribu Kaki, Pesawat Sempat Keluar Jalur Penerbangan

Kronologi Pilot dan Kopilot Batik Air Tidur di 36 Ribu Kaki, Pesawat Sempat Keluar Jalur Penerbangan

Akibat pilot dan kopilot Batik Air tertidur, pesawat melaju di luar jalur penerbangan dan tak merespons pusat pengendali wilayah (Area Control Centre/ACC).

Baca Selengkapnya
Kronologi Pesawat Ditembak OTK di Kabupaten Puncak Papua, Diduga Terkait Rekapitulasi Suara Pemilu

Kronologi Pesawat Ditembak OTK di Kabupaten Puncak Papua, Diduga Terkait Rekapitulasi Suara Pemilu

Kapolda menjelaskan, ada caleg yang merasa dirugikan atas hasil perolehan suara.

Baca Selengkapnya
Ini Sanksi untuk Pilot Batik Air Tidur saat Penerbangan Kendari-Jakarta dari Kemenhub

Ini Sanksi untuk Pilot Batik Air Tidur saat Penerbangan Kendari-Jakarta dari Kemenhub

Kristi turut menanggapi insiden pesawat BTK6723 Batik Air A320 registrasi PK-LUV, dengan pilot dan copilot tertidur saat penerbangan dari Kendari-Jakarta.

Baca Selengkapnya
Pilot dan Copilot Batik Air Tertidur Berbarengan 28 Menit di Ketinggian 36.000 Kaki, Begini Kronologinya

Pilot dan Copilot Batik Air Tertidur Berbarengan 28 Menit di Ketinggian 36.000 Kaki, Begini Kronologinya

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengklasifikasikan hal tersebut dalam kategori 'serius'.

Baca Selengkapnya
Kronologi Pesawat Kargo Smart Air Tarakan-Binuang Hilang Kontak

Kronologi Pesawat Kargo Smart Air Tarakan-Binuang Hilang Kontak

Tim SAR gabungan memutuskan pencarian pesawat kargo Smart Air yang hilang kontak sejak Jumat (8/3) pagi, akan dilanjutkan pada Sabtu (9/3) besok.

Baca Selengkapnya