Kritik anak buah Soeharto soal kondisi ekonomi era SBY
Merdeka.com - Masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid II tinggal beberapa hari lagi. Kurang dari sebulan tongkat kepemimpinan nasional bakal beralih ke presiden terpilih Joko Widodo dan wakil presiden terpilih Jusuf Kalla.
Jelang lengser, SBY dihujani kritik pedas. Tidak hanya yang berkaitan dengan sikap politiknya, tapi juga yang berhubungan dengan kondisi ekonomi nasional. Kritik mengalir deras tak hanya dari pelaku usaha, tapi juga akademisi hingga mantan menteri.
Salah satunya mantan menteri keuangan era Presiden Soeharto Fuad Bawazier yang bersuara keras soal kondisi ekonomi nasional selama 10 tahun rezim SBY. Merdeka.com mencatat kritik keras Fuad Bawazier pada SBY. Berikut paparannya.
SBY bodoh tak bisa kejar pajak
Merdeka.com -Â Mantan menteri keuangan, Fuad Bawazier terlihat geram melihat kinerja pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang tidak pernah mencapai target pendapatan pajak. Fuad menyebut, pada masa jabatannya dulu, target pajak selalu tercapai.
Bukan hanya itu, bahkan Fuad menyebut pemerintah SBY bodoh dan keras kepala hingga membuat target pajak tidak tercapai.
"Zaman saya, di dirjen pajak engga pernah tidak tercapai kan. Sekarang pada konyol dikasih nasehat percuma, bego dan keras kepala," ucap Fuad ketika ditemui di Taman Ismail Marzuki, kemarin.
SBY tambah utang terus
Merdeka.com -Â Mantan menteri keuangan era Presiden Soeharto, Fuad Bawazier mengaku gerah dengan utang luar negeri Indonesia yang mencapai lebih dari Rp 3.000 triliun. Terlebih, utang luar negeri ini dinilai tidak membawa kebaikan untuk perekonomian.
Utang luar negeri pemerintah dan Bank Indonesia yang melebihi Rp 1.000 triliun juga disebut Fuad sama sekali tidak menolong perekonomian nasional.
"APBN kita engga produktif, utangnya jadi dibuangin saja. APBN tidak banyak menolong perekonomian, hanya dikorupsi, mark up. Banyak mubazir," ucap Fuad ketika ditemui di TIM, Jakarta, Senin (29/9).
SBY dituding menjadikan utang sebagai instrumen utama untuk pembiayaan negara. Sebagai bukti saat ini sampai dibuat satu ditjen pengelolaan utang.
"Sekarang jualan utang kaya kantor aja, jual SUN, SBN. Dulu enggak ada Ditjen Pengelolaan Utang. Sekarang utang sudah jadi mata pencaharian," tegasnya.
Fuad kecewa dengan pemerintah SBY yang tidak membatasi utang luar negeri swasta. Sehingga utang luar negeri swasta membludak dan melebihi utang pemerintah. Disamping itu, pemerintah juga tak hentinya menambah utang.
"Ini zaman SBY salah satu menterinya Sri Mulyani nambah utang terus tapi enggak tau untuk apa, yang penting utang," tutupnya.
Kondisi ekonomi tak sebagus yang diucap pemerintah
Merdeka.com -Â Fuad Bawazier menyebut, kondisi perekonomian Indonesia saat ini tidak sebagus yang diucapkan pemerintah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya didorong sektor konsumsi. Lebih parah lagi, barang konsumsi tersebut banyak didapat dari impor.
"Banyak kelompok membanggakan katanya ekonomi kita di atas. Padahal ini orang kaya nanggung baru, menyukai barang bagus. Padahal ini impor dan menyebabkan defisit perdagangan menekan nilai tukar seperti kejadian sekarang," jelasnya.
Melemahnya nilai tukar dan defisit perdagangan kemudian akan berdampak panjang pada inflasi. Selain inflasi, nilai tukar juga membuat konversi utang luar negeri Indonesia membengkak setiap tahunnya.
"Utang akan membengkak, kurs melemah. Membuat inflasi, bunga bank naik, npl naik. Belum lagi ada kecenderungan pemerintah akan datang naik BBM," tutupnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejarah Terbentuknya BUMN, Ternyata Awalnya Sengketa dengan Belanda
Kolonel Soeprayogi, diangkat sebagai menteri urusan stabilisasi ekonomi oleh Presiden Sukarno, memainkan peran kunci dalam peraturan untuk pengambilan keputusan
Baca SelengkapnyaKondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya
Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaCerita Tom Lembong Bak Kena Kutukan 2 Kali Jadi Penasihat Ekonomi Capres, Jokowi dan Anies
Tom Lembong menjadi penasihat ekonomi Jokowi sejak 2013.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Staf Ahli Wakil Presiden sebut Ketidakpastian Situasi Politik Akibat Pemilu 2024 Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Nurdin optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 berada pada kisaran 5 persen.
Baca SelengkapnyaPrabowo Sebut Kenal Dekat Presiden ke-2, Pendukung Teriaki Balikan, Titiek Soeharto Senyum-senyum Malu Sambil Melirik Sang Anak
Menegaskan kedekatannya dengan Soeharto, Prabowo mengaku jika dia kerap melakukan makan siang bersama.
Baca SelengkapnyaAnies Bandingkan Gaji TNI Polri Lebih Banyak Naik di Era SBY, Jokowi Beralasan Pandemi Covid-19
Jokowi menjelaskan, bahwa setiap keputusan pemerintah selalu memperhatikan kondisi ekonomi dan situasi keuangan negara.
Baca SelengkapnyaAnies: Jangan Biarkan Beberapa Orang Kuasai Sepertiga Ekonomi Indonesia
Anies menegaskan, rakyat Indonesia harus mendapatkan kesempatan dan masa depan yang setara.
Baca SelengkapnyaAnies Klaim Kenaikan Gaji TNI/Polri Era SBY Lebih Banyak Dibanding Jokowi, Cek Faktanya
Saat debat Anies membandingkan kenaikan gaji TNI/Polri lebih banyak di era SBY dibanding Jokowi, Simak Penelusurannya
Baca SelengkapnyaReaksi Ganjar Usai Boy Thohir Sebut Sepertiga Penyumbang Ekonomi RI Dukung Prabowo-Gibran
Boy Thohir mengatakan sepertiga penyumbang ekonomi Indonesia mendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Baca Selengkapnya