Kisah sedih petani di China kehilangan Rp 2,2 miliar karena saham
Merdeka.com - Pasar saham China anjlok parah dalam waktu dua bulan belakangan ini. Perdagangan kemarin saja, Shanghai Composite Index anjlok 4 persen. Sedangkan Shenzen Composite Index juga anjlok mencapai 5 persen.
Perdagangan sebelumnya, Shanghai Composite Index sudah turun 8,5 persen dan Shenzen Composite Index ditutup turun 7 persen. Penurunan pasar saham kali ini merupakan yang terparah atau terburuk dalam 8 tahun terakhir.
Investor saham di seluruh penjuru China kini sedang menanti kebijakan pemerintah untuk turun tangan membeli lebih banyak saham sehingga harga bisa naik. Banyak investor berharap ketika harga naik maka mereka bisa melepas saham yang mereka pegang.
Namun demikian, sebelum saham naik, banyak yang sudah menderita kerugian di China. Salah satunya seorang petani di kota terpencil Panzhihua, Yang Cheng. Dia kehilangan banyak uang karena turunnya harga saham.
Yang Cheng adalah salah satu warga China yang mulai membeli saham setelah pemerintah setempat mempromosikan investasi sebagai bagian dari rencana memperluas perekonomian negara. Awalnya dia sangat senang karena pasar bergerak naik. AKhirnya kekhawatiran mulai muncul ketika pasar saham naik tajam mencapai 4.000 poin.
"Ketika pasar naik itu saya baru menyadari risiko cukup tinggi. Namun opini pemerintah dan kebijakan selalu mempengaruhi saya untuk bertahan," ucap Yang Cheng seperti dilansir dari CNBC di Jakarta, Kamis (29/7).
Kini nasi sudah jadi bubur, investasi Yang Cheng merugi dan dia kehilangan semua investasinya dengan nilai USD 164.000 atau sekitar Rp 2,2 miliar. Setelah itu, brokernya menyarankan agar Yang meminjam USD 1 juta untuk margin trading.
Kisah menyedihkan Yang tidak berhenti di situ. Pasar saham masih terus turun dan Yang kini kehilangan semua hartanya dan ditambah utang hasil pembelian saham dengan cara margin trading. Setelah kehilangan uang simpanan seumur hidupnya, Yang pun memutuskan untuk meminta bantuan pemerintah, seperti kebanyakan investor China lain yang kehilangan hartanya.
Namun, regulator pasar modal China tidak bisa memberikan bantuan apa-apa karena koreksi tajam yang terjadi di luar kendali pemerintah.
"Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya terlalu percaya kepada pemerintah. Saya tidak akan menyentuh saham lagi."
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cerita Konglomerat China Gagal Melamar Kerja 30 Kali hingga Akhirnya Punya Kekayaan Ratusan Triliun
Mereka bilang ini ide paling bodoh yang pernah saya lakukan. Saya tidak peduli selama orang dapat menggunakannya
Baca SelengkapnyaDalih Sengatan Listrik di Pondok Pesantren
Penganiayaan yang menyebabkan santri meninggal dunia kembali berulang. Kali ini dipicu uang Rp10.000 dan pihak pesantren terkesan menutupinya.
Baca SelengkapnyaPecat Karyawan yang Tak Ingin Pensiun, Perusahaan Ini Malah Wajib Bayar Ganti Rugi Rp1,6 Miliar
Perusahaan di Amerika Serikat diwajibkan membayar gaji dan ganti rugi kepada mantan karyawannya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Hati-Hati, Mencoret Uang Rupiah Bisa Kena Denda Rp1 Miliar Hingga Pidana Penjara
Perusakan terhadap Rupiah bisa berujung ancaman pidana.
Baca SelengkapnyaBuronan Kasus Penipuan Uang di China 11 Tahun Kabur ke Indonesia, Tinggal di Jakut hingga Punya KTP
LY ditangkap di rumahnya Perumahan Concerto, Pantai Indah Kapuk, Penjaringan pada Selasa (13/2) sore.
Baca SelengkapnyaDidukung Petani Sawit, Ganjar Diminta Tiru China Hukum Mati Koruptor
Jika terpilih jadi presiden, Ganjar diharapkan bisa meniru China dalam menghukum koruptor
Baca SelengkapnyaKaryawan Bobol Gudang Sembako Milik Bosnya, Mentega Senilai Rp200 Juta Raib Dicuri
Ada ratusan dus mentega yang berhasil digasak dengan nilai kerugian mencapai Rp 200 juta
Baca Selengkapnya5 Perampok Bercadar Sekap Karyawan SPBU di Kediri, Gasak Uang Rp35 Juta
Kedua tangannya diikat dengan sabuk dan mulutnya disumpal kain.
Baca SelengkapnyaCerita Pemuda di China, Putus Asa Cari Kerja Kini Gunakan Aplikasi Kencan 'Tinder' Kirim Lamaran Pekerjaan
Ratusan surat lamaran telah dikirim ke berbagai perusahaan, namun tak kunjung mendapat pekerjaan.
Baca Selengkapnya