Merdeka.com - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) menyebutkan, overkuota bahan bakar minyak (BBM) di wilayah Kalimantan sesungguhnya didominasi BBM jenis solar. Di sisi lain, tingkat konsumsi BBM nonsubsidi di Kalimantan termasuk yang tertinggi.

Sebagai bentuk pengendalian dan pengelolaan konsumsi BBM di Kalimantan, anggota komite BPH Migas Ibrahim Hasyim mengatakan, daerah-daerah yang banyak perkebunan dan pertambangan akan dipasang SPBU Mobile yang dapat berpindah-pindah tempat.

"Kalimantan pernah ada 15 SPBU khusus BBM nonsubsidi. Masyarakat belum mau, jadi investasi tidak mau. Sekarang pake Mobile sistem tangki dipasang dispenser, mungkin ini bisa jalan. Pulau yang paling besar nonsubsidi justru kalimantan," ungkap Ibrahim di kantor Kementerian ESDM, Rabu (30/5).

Dia mengakui, kebutuhan BBM di Kalimantan memang sangat besar. Sesuai instruksi Presiden dalam kerangka penghematan energi nasional, Pertamina berniat untuk menambah pasokan BBM non subsidi seperti solar non subsidi di Kalimantan. Namun, BPH Migas akan meminta untuk pemerintah daerah untuk mengevaluasi penggunaan BBM di Kalimantan terlebih dahulu.

Pihaknya juga akan memperkuat pengawasan bahan bakar solar di Kalimantan terkait banyaknya perusahaan pertambangan dan perkebunan yang masih menggunakan BBM bersubsidi khususnya jenis solar.

"Kalau premium kita yakin itu kebutuhan riil. Tapi kalau solar masih ada lari kesana kesini (penyelewengan). Nah itu kita perkuat pengawasan. Nah kalau sudah pakai pengawasan macam-macam masih kurang berarti itu memang kurang (pasokan)," tegas Ibrahim.

Pihaknya sudah melakukan pembicaraan dengan PT Pertamina (Persero) untuk membuat alat teknologi yang mampu mengetahui konsumsi BBM yang dipakai masyarakat. "Mau dipasang di Kalimantan dulu. Kalo jadi kendaraan tambang perkebunan, itu kita bisa cek kebutuhan," katanya.