Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Jeritan pengusaha pada Jokowi soal kendala transportasi

Jeritan pengusaha pada Jokowi soal kendala transportasi Angkutan umum di Terminal Blok M. ©2015 merdeka.com/muhammad luthfi rahman

Merdeka.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengklaim di era kepemimpinannya bakal memajukan moda transportasi umum khususnya darat. Namun, bukannya membaik, kondisi transportasi darat kini justru memburuk. Salah satunya akibat kurangnya infrastruktur.

Padahal, kebutuhan transportasi umum telah menjadi kebutuhan dasar masyarakat. Akan tetapi sejumlah kalangan menuding sektor ini kerap diabaikan pemerintah dan menjadi tidak aneh jika warga beralih ke transportasi pribadi.

Menurut Ketua Forum Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, untuk membangun transportasi umum berbasis bus rata-rata hanya diperlukan tidak lebih Rp 1 triliun kecuali Jakarta. Bahkan kota kecil dan sedang pembangunan transportasi umum cukup Rp 500 miliar, di mana Indonesia tercatat memiliki 550 kota.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Organisasi Angkutan Darat (DPP Organda) Eka Sari Lorena menyebut moda transportasi umum khususnya di darat mampu sejajar dengan yang ada di AS dalam waktu 15 tahun mendatang.

"Saya rasa bisa dalam kurun waktu 15 tahun, angkutan umum kita dapat menyamai AS," ujar Eka saat Launching Bedah Buku Membela Angkutan Umum di Pondok Indah Mal, Jakarta Selatan.

Namun, lanjutnya, bukanlah hal yang mudah guna mencapai momentum tersebut. Perlu adanya sinergi antara pemerintah, operator serta masyarakat yang notabenenya sebagai konsumen.

Eka mengungkapkan sejumlah kendala yang menghambat kemajuan pembangunan transportasi umum. Apa saja kendala itu sebetulnya? Berikut merdeka.com akan merangkumnya untuk pembaca.

Insentif tak kunjung diimplementasikan

Eka Sari Lorena mengeluhkan tak kunjung diberikannya insentif oleh pemerintah untuk angkutan darat. Menurutnya, penghapusan subsidi bahan bakar minyak (BBM) membuat pengusaha angkutan darat dilema."Insentif lain sampai hari ini belum kunjung datang, itu namanya bukan mau membangun angkutan umum. Itu namanya mau mematikan angkutan umum," ujarnya.Dia mengungkapkan salah satu contoh insentif itu ialah pemberian diskon untuk biaya balik nama angkutan bus sebesar 70 persen dan truk 50 persen. Padahal, aturan ini sudah ditetapkan oleh Kementerian Dalam Negeri, namun masih banyak pemerintah daerah belum mengimplementasikannya."Aturan itu harusnya sudah diberlakukan sejak Januari 2015. Sekarang sudah Mei 2015 kok masih belum juga," tuturnya.

Pemda jadi penghambat

Organda menuding pemerintah daerah menjadi biang kerok lambannya perbaikan layanan angkutan darat. Pasalnya, pemda kerap enggan mengimplementasikan aturan insentif untuk angkutan darat yang bahkan telah ditetapkan pemerintah.Ketua Umum Organda Eka Sari Lorena mengatakan pemda kerap merasa khawatir bakal kehilangan penerimaan karena pemberian insentif tersebut. Padahal, pengusaha sangat membutuhkan insentif akibat tingginya biaya ekonomi semisal pencabutan subsidi bahan bakar minyak (BBM)."Banyak orang melihat kalau memberikan insentif fiskal untuk angkutan umum, mereka berpikir akan rugi penerimaan pajaknya. Padahal, tidak boleh berpikir seperti itu," ujarnya.

Suku cadang masih bergantung impor

Ketua Umum Organisasi Angkutan darat (Organda) Eka Sari Lorena mengungkapkan alasan mengapa penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) tak diikuti oleh tarif angkutan. Menurutnya, variabel pembentuk tarif angkutan tidak semata dari bahan bakar. Harga suku cadang seperti oli dan ban juga sangat menentukan."Waktu (BBM) turun harusnya tarif juga turun. Tapi mohon maaf, tarif itu bukan dari BBM saja," ucapnya saat ditemui di Jakarta.Eka menuturkan harga suku cadang kendaraan tak pernah turun sejak November tahun lalu. Penyebabnya ialah pelemahan Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat."Dan 60 persen sparepart kita masih beli dari luar negeri," ujarnya.Maka dari itu, pihaknya meminta pemerintah memberikan solusi menyeluruh. Bukan hanya untuk satu masalah. "Jadi kalau mau ada perubahan tidak bisa hanya sektoral, harus komprehensif. Pola insentifnya, implementasi insentifnya. Dan ini memang tantangan Kemenhub, karena sebenernya mereka kan atur tarif untuk AKAP ekonomi. Kalau untuk lainnya kan Pemda."

Marak pungli

Pemerintah diminta menindak tegas praktik pungli (pungutan liar) yang marak dialami bus AKAP (Antar Kota antar Provinsi). Pasalnya, praktik tersebut terbukti menyumbang kerugian negara hingga puluhan triliun Rupiah."Harus dipastikan tidak ada pungli lagi, pungli itu puluhan triliun per tahun, kalau pemerintah menjamin tidak ada pungli, puluhan triliun bisa menjadi berapa stasiun atau terminal," ujar pengamat kebijakan publik Agus Pambagyo.Agus menambahkan, dengan diberantasnya praktik pungli maka target Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang senilai Rp 50 triliun per tahunnya bakal bisa dicapai."Imbalannya, mendapatkan pengaturan rute untuk angkutan darat, kemudian mendapatkan insentif di subsidi, tidak bisa mengatur tanpa memberikan insentif," tuturnya.

(mdk/bim)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jokowi: Jakarta Ada KRL, LRT, hingga MRT Tapi Masih Macet di Semua Titik
Jokowi: Jakarta Ada KRL, LRT, hingga MRT Tapi Masih Macet di Semua Titik

Kata Jokowi Jakarta telah memiliki sejumlah transportasi massal tapi masih aja macet

Baca Selengkapnya
Habiskan Biaya Rp561 Miliar, Ini 10 Ruas Jalan dan 1 Jembatan di Kaltim yang Diresmikan Jokowi
Habiskan Biaya Rp561 Miliar, Ini 10 Ruas Jalan dan 1 Jembatan di Kaltim yang Diresmikan Jokowi

Jokowi mengatakan pembangunan 10 ruas jalan dan 1 jembatan dengan total panjang 50,9 kilometer telah diselesaikan

Baca Selengkapnya
Perusahaan Bus Pariwisata ini Ternyata Milik Jenderal TNI, Sosoknya Pernah Jadi Kasad di Era 3 Presiden RI yang Berbeda
Perusahaan Bus Pariwisata ini Ternyata Milik Jenderal TNI, Sosoknya Pernah Jadi Kasad di Era 3 Presiden RI yang Berbeda

Sosok Jenderal bintang empat TNI yang punya Perusahaan Otobus (PO).

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Beda dengan Jokowi, Anies Pilih Bangun Jalur Kereta Ketimbang Jalan Tol, Ini Hitung-Hitungannya
Beda dengan Jokowi, Anies Pilih Bangun Jalur Kereta Ketimbang Jalan Tol, Ini Hitung-Hitungannya

Salah satunya, menghidupkan kembali atau reaktivasi jalur kereta di Sumbar

Baca Selengkapnya
Jokowi Dilaporkan ke Bawaslu Buntut Salam 2 Jari  di Jateng, Begini Reaksi Istana
Jokowi Dilaporkan ke Bawaslu Buntut Salam 2 Jari di Jateng, Begini Reaksi Istana

Momen Jokowi diduga mengacungkan dua jari dari mobil kepresidenan terjadi saat kunjungan kerja ke Salatiga, Jawa Tengah, Selasa (23/1).

Baca Selengkapnya
Total Investasi Rp4 Triliun, Pengoperasian Tol Pamulang-Cinere-Raya Bogor Diharapkan Jokowi Kurangi Kemacetan
Total Investasi Rp4 Triliun, Pengoperasian Tol Pamulang-Cinere-Raya Bogor Diharapkan Jokowi Kurangi Kemacetan

Jokowi menyebut jalan tol tersebut memiliki total panjang 14,8 kilometer dengan total investasi sebesar Rp4 triliun.

Baca Selengkapnya
Kurangi Kemacetan Kota, Presiden Jokowi Ajak Warga Kaltim Gunakan Transportasi Massal
Kurangi Kemacetan Kota, Presiden Jokowi Ajak Warga Kaltim Gunakan Transportasi Massal

Jokowi menekankan pentingnya pengembangan transportasi umum sebagai upaya mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi.

Baca Selengkapnya
Diresmikan Jokowi, Bendungan Karian di Banten Pasok Kebutuhan Air serta Jakarta
Diresmikan Jokowi, Bendungan Karian di Banten Pasok Kebutuhan Air serta Jakarta

Jokowi mengatakan, bendungan dan Instalasi Pengolahan Air itu memiliki banyak manfaat untuk masyarakat.

Baca Selengkapnya