Merdeka.com - Investor global meyakini bahwa Prabowo Subianto tak memiliki sentimen anti-asing. Meskipun, mantan Danjen Kopassus itu seringkali menyuarakan proteksionisme perekonomian Indonesia di depan publik.

Kesimpulan ini didapat oleh Kepala Ekonom Bank Standard Chartered Indonesia Fauzi Ichsan setelah menggelar pertemuan dengan 20 lembaga investasi global di Singapura bulan lalu. "(Sentimen anti-asing) itu retorika, dalam kampanye politik itu biasa," kata Fauzi saat diskusi media, di Jakarta, Rabu (16/4).

Fauzi menguraikan, keyakinan investor global itu didasarkan pada rekam jejak Prabowo di bisnis multinasional yang telah lama digeluti. Selain itu, keluarga Prabowo juga lekat dengan paham ekonomi liberal.

Sang ayah Soemitro Djojohadikusumo adalah arsitek ekonomi Orde Baru yang membuka pintu bagi masuknya investasi asing di Indonesia. Kemudian, Sudrajad Djiwandono, ipar Prabowo yang menjalankan resep ekonomi IMF. Lalu, Hasyim Djojohadikusumo, sang adik merupakan pengusaha nasional.

Atas dasar itu, investor global menyandingkan Prabowo dengan Joko Widodo sebagai calon suksesor Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Keduanya sama-sama dianggap tidak anti-asing.

"Investor fokusnya di dua capres, mereka melihat kebijakan ekonominya seperti apa. Tapi kalau dilihat benar-benar, sebenarnya sama saja kan. Ini bukan dua partai berideologi berbeda, nasionalis dua-duanya," ujarnya.

Investor tinggal berharap siapapun presiden terpilih dapat membentuk pemerintahan yang kuat. Untuk itu, sebaiknya pemerintahan didukung oleh tiga partai pemenang pemilu legislatif, 9 April lalu.

"Kalau ada koalisi PDIP - Golkar - Gerindra, investor akan senang sekali, dan tiga partai ini kan yang secara ideologi mirip kan. Walaupun ini tidak memungkinkan," tandasnya.