Merdeka.com - PT Kereta Api Indonesia (KAI) (Persero) diminta untuk memperluas depo atau parkir kereta (stabling) karena terus bertambahnya jumlah perjalanan di wilayah Jabodetabek. Apalagi, perseroan telah menargetkan pada 2018, KRL Jabodetabek dapat mengangkut 1,2 juta penumpang per hari.

Ketua Institut Studi Transportasi (INSTRAN), Darmaningtyas mengatakan konsekuensi dari tingginya target angkutan penumpang adalah peningkatan prasarana. Mau tidak mau, KAI harus menambah tempat parkir kereta.

"Saat ini perjalanan KRL dari arah Tebet, Sudirman dan Gambir selalu terhambat saat akan masuk ke Stasiun Manggarai, kondisi ini juga dialami oleh kereta jarak sedang/jauh pada saat memasuki Stasiun Manggarai. Rata-rata tundaan itu 3-10 menit, tapi pernah juga lebih dari 20 menit, penundaan ini semakin sering terjadi jika ada penambahan perjalanan kereta api jarak sedang/jauh maupun KRL Jabodetabek," ujarnya saat acara FGD 'Pengembangan Angkutan Massal yang Terintegrasi di Jabodetabek' di Kementerian Perhubungan, Jakarta, Rabu (21/10).

Menurutnya, ada dua alternatif untuk mengurangi hambatan atau tersendatnya kereta di Stasiun Manggarai dan Gambir. Pertama, KAI harus membangun Manggarai sebagai stasiun terpadu antara KA jarak sedang/jauh dan KRL Jabodetabek. Kedua, membangun terpisah antara stasiun KA jarak sedang/jauh dengan KRL Jabodetabek.

"Stasiun KA Jarak sedang/jauh bisa dibangun di Cipinang, sedangkan stasiun KRL Jabodetabek dipusatkan di Manggarai," jelas dia.

Menurutnya, pemindahan stasiun jarak sedang/jauh dari Gambir ke Cipinang ini rasional mengingat seluruh perjalanan KA Eksekutif yang berangkat dari atau berakhir di Gambir mengarah ke atau dari timur, sehingga pemindahan itu selain tidak akan saling terganggu, juga lebih mempersingkat perjalanan.

"Lahan di Stasiun Cipinang cukup luas dan tersedia double track, memungkinkan dibangun stasiun KRL Jabodetabek," ungkapnya.