Merdeka.com - PT Pertamina menyatakan mahalnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di sejumlah daerah disebabkan tidak adanya lembaga penyalur. Kondisi ini banyak terjadi pada daerah pemekaran.

Vice President Fuel Retail Marketing PT Pertamina Muhammad Iskandar mencontohkan, dari catatan pihaknya, saat ini setidaknya ada 11 kabupaten di Papua tidak memiliki lembaga penyalur BBM. Pertamina berkilah hal ini menjadi penyebab harga BBM di Papua tinggi.

"Biasanya ada industri membeli kemudian dibawa ke pedalaman dan dijual dengan perhitungan biaya angkut, maka masyarakat membeli dengan harga yang beda, kasihan masyarakat tidak berdekatan," jelas Iskandar dalam workshop 'Menjamah Hingga Pelosok Negeri Menjangkau Pulau Terluar' saat perjalanan kereta api dari Jakarta ke Yogyakarta, Senin (16/6).

Iskandar menceritakan fenomena di Kabupaten Omana, Papua. Di mana penjual eceran terpaksa membeli dari Kabupaten Jaya Wijaya. Jauhnya jarak membuat harga jual di Kabupaten Omana semakin tinggi.

Menurutnya, sulitnya pembukaan penyalur di daerah terpencil disebabkan pangsa pasarnya juga kecil. Hal ini tentu merugikan jika melihat investasi pembangunan SPBU di mana mencapai miliaran Rupiah.

"Kalau itu biasanya terjadi di  kabupaten pemekaran. Invetasi Rp 3 miliar dengan pendapatan kecil, ya rugi nanti disalahkan juga," tuturnya.

Maka dari itu, pihaknya mengusulkan pemerintah daerah menjadi pihak penyalur melalui pembangunan SPBU atau menjadi APMS. "Sehingga ada pemda yang berperan untuk membangun infrastruktur," jelasnya.

Sebagai informasi 11 kabupaten di Papua itu antara lain:

1. Kab Dogiya

2. Kab Tolikara

3. Kab Deiyai

4. Kab Intan Jaya

5. Kab Mamberamo Raya

6. Kab Mamberamo Tengah

7. Kab Yalimo

8. Kab Puncak

9. Kab Nduga

10. Kab Tambraw

11. Kab Pegunungan Arfak.