Ini Peluang dan Tantangan Ekonomi Indonesia di 2020 Versi Sri Mulyani
Merdeka.com - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) optimistis perekonomian nasional pada tahun ini akan lebih baik dibandingkan 2019. Hal ini tercermin dari kondisi ekonomi tahun lalu yang tercatat membaik dari beberapa lembaga internasional.
"Kita harap 2020 kita harap ada pemulihan, namun kita juga lihat masih ada risiko untuk outlook 2020," kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani di Kantornya, Jakarta, Selasa, (7/1).
Seperti diketahui, pada pertengahan 2019 Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) sempat merevisi ke bawah ekonomi tahun ini. Namun, pertumbuhan ekonomi diyakini masih akan lebih baik dibandingkan dengan perekonomian tahun lalu.
"Namun risk yang muncul masih ada. Seperti brexit dan tensi geopolitik. Ini jadi tantangan kita, tapi sekaligus jadi ada optimisme maupun risiko di 2020," jelasnya.
Sri Mulyani menambahkan pada tahun ini pertumbuhan ekonomi ditargetkan 5,3 persen dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pertumbuhan itu ditopang oleh sektor konsumsi dan investasi sebagai motor penggerak utamanya.
Akan tetapi, beberapa risiko masih akan mempengaruhi ekonomi 2020, yaitu ketidakpastian perang dagang, brexit, perlambatan ekonomi beberapa negara berkembang seperti India dan Tiongkok, pemilu di Amerika Serikat (AS), peningkatan utang yang berisiko pada stabilitas sistem keuangan, serta tensi politik dan geopolitik.
Asumsi Pertumbuhan Ekonomi Hingga ICP APBN 2019 Meleset
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengakui ada beberapa realisasi asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 yang meleset. Salah satunya realisasi pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan hanya menyentuh 5,05 persen.
Menurutnya, meski angka ini belum final, namun capaiannya jauh dari target yang ditetapkan pemerintah, yaitu sebesar 5,3 persen. Akan tetapi, capaian tersebut disebut tetap positif di tengah banyaknya tekanan dari sisi ekonomi global.
"Dengan tekanan tadi kita tetap mampu menjaga pertumbuhan kita di atas 5 persen. APBN growth yang diestimasi 5,3 persen realisasinya 5,05 persen estimasi," kata Menteri Sri Mulyani di Kantornya, Jakarta, Selasa (7/1).
Kemudian untuk lifting minyak dan gas tidak sesuai dengan estimasi. Lifting minyak pada 2019, realisasinya hanya mencapai 741.000 barel per hari. Sementara, target di APBN sebesar 775.000 barel per hari.
Lifting gas, realisasi pada 2019 hanya sebanyak 1.050.000 barel setara minyak per hari. Di mana, target sebesar 1.250.000 barel setara minyak per hari.
Realisasi lifting migas tersebut, lanjut Menteri Sri Mulyani, mempengaruhi pendapatan negara dari sektor migas pada 2019. Di mana, patokan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP), tercatat terealisasi sebesar USD62 per barel. Lebih rendah dibandingkan target harga sebesar USD70 per barel.
Terakhir untuk tingkat suku bunga surat perbendaharaan negara (SPN) 3 bulan di APBN 2019 dinilai buruk. Di mana, ditargetkan sebesar 5,6 persen dari estimasi realisasi 5,3 persen.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Proyeksi pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen itu didorong oleh penyelenggaraan pemilu secara serentak 2024.
Baca SelengkapnyaTerdapat empat aspek yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia ke depan.
Baca SelengkapnyaWalau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai menuju target tersebut bukan perkara gampang.
Baca SelengkapnyaGanjar yakin pertumbuhan ekonomi akan didominasi oleh sektor UMKM.
Baca Selengkapnyapenyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Baca SelengkapnyaKepastian hukum mempermudah jalan menuju pertumbuhan ekonomi 7 persen.
Baca SelengkapnyaPersiapan pemilu juga ikut memengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2023.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengakui bahwa produksi emisi karbon per kapita di Indonesia mengalami tren kenaikan dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Selengkapnya