Industri Batubara Diprediksi Bakal Kalah Saing dengan Energi Baru Terbarukan
Merdeka.com - Batubara diprediksi akan kalah bersaing dengan Energi Baru Terbarukan (EBT) jika pengembangan energi bersih tersebut semakin masif. Oleh sebab itu pemerintah meminta pengusaha untuk segera melakukan hilirisasi.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Bambang Gatot mengatakan, jika EBT semakin berkembang pesat akan membuat harganya bersaing dengan batubara, kondisi ini bisa menggeser peran batubara ke depan.
"Kalau EBT berkembang pesat harga keekonomian lebih murah dari batubara," kata Bambang dalam diskusi di Bimasena Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Rabu (20/11).
Bambang mencontohkan, saat ini India sedang menggarap program kelistrikan dengan total kapasitas 175 Giga Watt (GW), mayoritas berasal dari pembangkit dengan energi primer EBT. Harga listrik dari pembangkit tersebut rata-rata 4 cent per Kilo Watt hour (kWh), lebih murah dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berbahan bakar batubara.
"Saya mengingatkan tambang batubara walau. energy mix 2050 batubara masih, tapi kalau EBT berkembang pesat bisa berubah total," ujarnya.
Antisipasi Kalah Saing
Menurut Bambang, untuk mengantisipasi kalah saingnya batubara dengan energi bersih tersebut, perusahaan batubara perlu melakukan hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah. Hal tersebut seperti yang dilakukan China, mengolah batubara menjadi avtur dan produk turunan lainya.
"Adied value di sini sangat banyak masalahnya, kalau serius kita bisa dekati bagaimana memberikan keekonomian mari kita buat bersama. Kalau tidak proses lanjut jadi masalah," tandasnya.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Konsumsi Energi Fosil Masih Terus Naik, Target Bauran EBT Turun Jadi 17 Persen di 2025
Target bauran EBT sebesar 17-19 persen bisa tercapai jika negara konsisten menyuntik mati PLTU batu bara
Baca SelengkapnyaIndonesia Bakal Surplus Gas Hingga 2035, ESDM: Calon Pembeli dari Dalam Negeri Harus Disiapkan
Akibat harga gas bumi murah atau harga gas bumi tertentu (HGBT) kepada tujuh sektor industri tellah berdampak pada berkurangnya penerimaan negara.
Baca SelengkapnyaPemerintah Turunkan Target Bauran Energi Baru Terbarukan, Apa Dampaknya?
Pemerintah seharusnya mengevaluasi faktor penyebab kegagalan pencapaian target investasi energi terbarukan selama ini.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dorong Pemberdayaan Masyarakat, BUMI Resources Ambil Langkah Begini
Kepercayaan mengelola sumber daya alam seperti batu bara, harus disertai dengan langkah-langkah pelestarian lingkungan.
Baca SelengkapnyaInsentif Harga Gas Bumi Berpotensi Kurangi Pendapatan Negara hingga Rp15,6 Triliun
Insentif harga gas bumi tertentu (HGBT) untuk 7 sektor industri membuat penerimaan negara turut berkurang hingga Rp15,6 triliun.
Baca SelengkapnyaDirut Pertamina Tak Bisa Asal Cabut Izin SPBU Nakal Mainkan Takaran BBM, Ternyata Ini Penyebabnya
Pihak Pertamina tetap harus menjaga keterpenuhan kebutuhan masyarakat akan BBM.
Baca SelengkapnyaSambut Tahun 2024, Bupati Tamba Optimis Jembrana Emas 2026 Bakal Terwujud
Indikatornya antara lain adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencapai Rp 700 Miliar.
Baca SelengkapnyaSegera Disidang, Tersangka Kasus Hoaks Palti Hutabarat dan Barang Bukti Diserahkan ke Kejari Batubara
Penyerahan tersangka dan barang bukti akan dilakukan pada hari ini Selasa 19 Maret 2024 di kantor Kejari Batubara, Sumatera Utara.
Baca SelengkapnyaPerusahaan Baja Ini Gunakan PLTS Atap untuk Kurangi Emisi Karbon, Jadi Salah Satu Terbesar di Jawa Barat
GRP menargetkan kapasitas PLTS Atap terpasang sebesar 33 MWp, yang direncanakan selesai pada tahun 2025.
Baca Selengkapnya