Indonesia masih bisa gandeng negara lain tukar cadangan devisa
Merdeka.com - Bank Indonesia telah menjalin kerja sama pertukaran cadangan devisa (bilateral swap) dengan Jepang, China, dan baru-baru ini Korea Selatan. Tidak menutup kemungkinan, negara lain turut digandeng dalam skema dana siaga itu.
Wakil Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro menuturkan, tidak menutup kemungkinan menggandeng negara lain untuk kebijakan ini. Alasannya, kondisi perekonomian dunia masih tak menentu, sehingga menambah potensi cadangan devisa akan menguntungkan.
"Tentunya, kami lihat perkembangan ke depan. Kalau kondisinya masih ada ketidakpastian, kami harus cari partner lain," ujarnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (16/10).
Bambang yakin semakin banyak cadangan devisa, baik dimiliki sendiri maupun dalam skema siaga, akan menjaga fundamental ekonomi Indonesia. Khususnya dalam aktivitas ekspor-impor yang menyerap mata uang asing Dolar Amerika.
"Tekanan atas pelemahan nilai tukar Rupiah bisa teredam," cetusnya.
Secara keseluruhan dana siaga dari tiga negara mitra mencapai USD 37 miliar. Cadangan devisa ini bisa digunakan sewaktu-waktu ketika terjadi krisis.
Dengan kondisi ini, investor diharapkan lebih yakin pada ketahanan Indonesia terhadap perekonomian global yang tak menentu.
"Kalau ada apa-apa, ada back up, kita akan mempertahankan kebijakan itu, untuk menjaga fundamental," kata Bambang.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2024 mencapai USD145,1 miliar atau Rp2.275 triliun
Baca SelengkapnyaDalam menghadapi ketidakpastian global, Jokowi menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
Baca SelengkapnyaJokowi menekankan pentingnya persatuan dan kerukunan antar masyarakat agar Indonesia menjadi negara maju.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Keduanya membahas tentang situasi dan kondisi dunia saat ini, termasuk kepada masalah ekonomi dan keamanan negara.
Baca SelengkapnyaAdapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca SelengkapnyaBanyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,
Baca SelengkapnyaJokowi mengatakan kondisi ini disebabkan ketidakpastiaan ekonomo dan konflik geopolitik yang tak kunjung usai.
Baca SelengkapnyaAnies menegaskan, rakyat Indonesia harus mendapatkan kesempatan dan masa depan yang setara.
Baca SelengkapnyaJokowi Tanggapi Putusan MK: Tuduhan Kepada Pemerintah Tidak Terbukti
Baca Selengkapnya