Merdeka.com - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, selain kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), 19 komoditas lain turut mengerek inflasi. Alhasil, Juli 2013, indeks harga konsumen mencapai 32,9 persen dan tercatat sebagai level terburuk sejak krisis ekonomi 1998.

Untuk penyebab utama inflasi, yaitu harga BBM, andilnya mencapai 0,77 persen. Namun, pengaruhnya diramal turun memasuki Agustus.

"Sekarang sudah habis ini dampak langsung dari harga BBM, kalaupun ada setelah Juli itu dampak tidak langsung," ujar Suryamin di kantornya, Kamis (1/8).

Pendorong inflasi kedua terbesar adalah tarif angkutan dalam kota yang mencapai 0,54 persen. Kenaikan tarif bus, angkot, dan taksi itu terjadi di 66 kota yang dipantau BPS.

Disusul kemudian, harga bahan pangan, khususnya bawang merah, dengan andil kepada inflasi mencapai 0,84 persen. Ayam ras, yang dilirik masyarakat selepas daging sapi harganya melonjak, juga menyumbang inflasi cukup besar, mencapai 0,16 persen.

Suryamin memaparkan, pihaknya memantau 751 jenis komoditas. Uniknya, beberapa komoditas yang sebelumnya tak menyumbang inflasi, kini turut mengerek indeks harga. Misalnya soto dan kue kering berminyak alias gorengan

"Kue kering berminyak atau gorengan andilnya 0,02 persen. Soto juga ini mempunyai andil 0,02 persen," ungkapnya.

Pantauan BPS, 20 komoditas menyebabkan inflasi melonjak. Sementara sisa 774 komoditas, jika digabung menyumbang 0,53 persen.

Di sisi lain, dua komoditas tidak mengerek inflasi lantaran harganya turun pasaran. Yaitu Bawang putih yang minus 2,23 persen, dan emas, minus 0,05 persen.

"Jadi selain penyebab utama inflasi, ada juga komoditas yang menghambat inflasi," kata Suryamin.