Harga elpiji 12 Kg naik, UKM makanan minuman serbu tabung 3 Kg

Merdeka.com - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi S Lukman, mengakui kenaikan elpiji 12 Kg beberapa waktu lalu telah memukul industri makanan dan minuman. Industri yang paling merasakan adalah katering dan pengusaha kecil.

"Kalau LPG 12 Kg itu kebanyakan yang pakai itu industri kecil dan katering. Pengaruhnya yang paling besar ke sana. Kalau perusahaan besar menengah sudah nggak pake itu. Perusahaan yang mikro sekali pakainya masih 3 Kg. Jadi sekarang yang saya lihat, yang kasian memang yang kelas kecil itu," ucap Adhi di Jakarta, Senin (22/9) malam.

Kenaikan harga LPG 12 Kg, lanjutnya, menyebabkan kenaikan cost (biaya) produksi dari sektor energi mencapai 50 persen. Hal ini sangat membebani karena, dari semua biaya pokok, untuk industri besar menghabiskan biaya energi hanya 8-12 persen. Sedangkan, industri kecil dan katering mencapai 15 persen.

"Otomatis kalau dia naik 50 persen, tambahan biayanya naik 7,5 persen," sebutnya.

Adhi mengungkapkan, industri kecil memiliki daya tahan rentan. Maka dampak kenaikan elpiji 12 Kg juga menyebabkan sebagian migrasi ke gas melon (elpiji 3 kg). "Ya sebagian saya lihat sudah migrasi ke 3 Kg."

Di lain pihak, proses migrasi sendiri menyebabkan masalah bagi pemerintah. Perpindahan konsumsi dari elpiji 12 Kg ke gas melon menyebabkan suplai gas bersubsidi itu berkurang.

"Karena saya amati, yang kecil-kecil sudah banyak migrasi ke sana. Makanya pemerintah harus antisipasi juga jangan sampai supply yang 3 kg kurang," tutupnya.