Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Genjot Industri, BRIsyariah Dorong Perbankan Syariah Melantai di Pasar Modal

Genjot Industri, BRIsyariah Dorong Perbankan Syariah Melantai di Pasar Modal BRI Syariah. ©2020 Merdeka.com

Merdeka.com - Direktur Operasional BRIsyariah, Fahmi Subandi, berharap pertumbuhan industri keuangan dan pasar modal syariah di Indonesia bisa lebih masif lagi. Sebab, Indonesia memiliki modal besar dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.

Potensi pesatnya pertumbuhan industri keuangan syariah terlihat dari masih kecilnya market share perbankan syariah dibanding bank-bank konvensional. Saat ini market share keuangan syariah pada semester I-2020 sebesar 6,18 persen.

Angka ini menunjukkan pasar industri perbankan syariah baru melayani 6 persen dari seluruh nasabah pengguna layanan perbankan di Indonesia. "Kita memiliki ruang tumbuh besar untuk menggarap sektor-sektor yang sekarang masih dipegang bank konvensional," kata Fahmi dalam siaran persnya, Jakarta, Senin (5/10).

Apalagi, lanjut Fahmi, saat ini pemerintah semakin menunjukkan dukungannya terhadap industri keuangan syariah. Terlihat dari penerbitan beberapa regulasi baru dan menguatkan peran Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) yang berubah menjadi Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS).

Salah satu cara yang bisa ditempuh perbankan syariah untuk mewujudkan potensi tersebut dengan memberanikan diri untuk melantai di pasar modal. Keberadaan perbankan syariah di lantai bursa dapat menjadi solusi untuk memperbesar struktur permodalan dan pendanaan, yang berujung pada meningkatnya kinerja perusahaan ke depannya.

Dia mencontohkan capaian BRIsyariah yang berhasil melantai di Bursa Efek Indonesia. Sejak melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham di Pasar Modal Syariah 2018, BRIsyariah mampu mencapai kinerja positif dan pertumbuhan di atas rata-rata.

Pertumbuhan nilai aset, pembiayaan, kecukupan modal (Capital Adequacy Rasio/CAR) hingga pendanaan murah (CASA) BRIsyariah sejak 2018 selalu di atas raihan sebelum bank ini melantai di bursa. Kenaikan berkesinambungan ini juga tetap terjadi selama pandemi Covid-19.

"Nilai aset kami sebelum IPO tumbuh rata-rata 14 persen dalam kurun 3 tahun ke belakang," kata Fahmi.

Lalu, pasca IPO nilai pertumbuhannya lebih dari 16 persen. Pembiayaan yang sebelumnya tumbuh rata-rata satu digit sekarang bisa dua digit secara tahunan.

Kemudian, komposisi dana murah BRISyariah tumbuh dari di atas 50 persen. Sebelum melantai di BEI pertumbuhan dana murah hanya hanya 30 persen. "Ini bermanfaat karena peningkatan CASA menandakan efisiensi yang tumbuh dari penurunan biaya dana," kata Fahmi.

Untuk itu dia mengajak seluruh pelaku industri keuangan syariah segera mengikuti jejak BRIsyariah melantai di bursa. Diferensiasi sumber pendanaan dengan memanfaatkan keberadaan pasar modal syariah menjadi hal penting yang harus dilakukan. Agar perbaikan tata kelola bisa lebih baik lagi dilakukan perbankan syariah.

"Dengan masuk bursa memberi pengalaman kami untuk memperbaiki struktur permodalan," kata dia.

Meski begitu Fahmi meningkatkan capaian tersebut tidak terlepas dari tantangan yang datang selepas melantai di BEI. Hal ini lah yang membuat BRISyariah mengikuti perkembangan zaman. Semisal tuntutan governance perusahaan meningkat, dan harus bisa menyajikan nilai dengan baik ke publik.

Sebagai informasi, pertumbuhan industri keuangan dan pasar modal syariah di Indonesia tetap positif di tengah tekanan dampak pandemi Covid-19. Hal itu terlihat dari dominasi pasar saham syariah pada sisi volume, frekuensi, dan nilai transaksi.

Hingga awal Oktober 2020, nilai transaksi saham-saham syariah di pasar modal Indonesia mencapai Rp 3.953 miliar. Setara 64,31 persen dari nilai total transaksi yakni Rp 6.146 miliar. Capaian tersebut menunjukkan besarnya daya tahan dan potensi perkembangan industri keuangan dan pasar modal syariah di Indonesia.

BEI Catat 76 Persen IPO per September 2020 Merupakan Saham Syariah

Literasi dan edukasi Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait inklusivitas pasar modal syariah mulai menunjukkan hasil. Terbukti dari dominasi jumlah saham syariah yang dicatat perdana di lantai bursa dibanding total listing sepanjang 2020.

BEI mencatat sampai September 2020, sebanyak 76 persen saham yang baru dicatat di lantai bursa merupakan saham syariah. Jumlahnya mencapai 35 dari 46 saham.

"Hingga September, sebanyak 76 persen saham yang baru dicatat di lantai bursa merupakan saham syariah," kata Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Hasan Fawzi, dalam siaran persnya, Jakarta, Senin (5/10).

Hasan mengatakan jumlah produk saham syariah saat ini mendominasi pasar modal. Dari 709 saham yang terdaftar di BEI per 2 Oktober lalu, sebanyak 63,6 persen atau 451 saham merupakan produk syariah.

Kapitalisasi ratusan saham syariah ini telah mencapai Rp 2.962 triliun. Setara 51,69 persen dari total kapitalisasi seluruh saham yang mencapai Rp 5.730 triliun.

Sementara itu, sudah ada 7.316 juta saham syariah yang ditransaksikan. Setara 77,2 persen dibanding seluruh transaksi di lantai bursa. Frekuensinya mencapai 446.527 kali, atau 71,88 persen dibanding seluruh transaksi IHSG.

Kinerja positif pasar saham syariah juga terlihat dari pertumbuhan signifikan dana kelolaan pada reksa dana syariah selama pandemi Covid-19. Menurut data OJK, hingga Agustus lalu, Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana syariah tumbuh 29,7 persen (yoy) menjadi Rp 69,7 triliun. Pada saat yang sama, NAB reksa dana konvensional turun 7,6 persen (yoy) menjadi Rp 451,1 triliun.

"Investor syariah dari tahun ke tahun konsisten terus meningkat, pertumbuhannya mencapai 537 persen sejak lima tahun lalu," kata Hasan.

Dia melanjutkan, saat ini ada 78.199 investor saham syariah di Indonesia. Rata-rata investor saham syariah tumbuh 78 persen per tahun. Pangsanya juga terus meningkat. Pada Agustus lalu rasio investor syariah terhadap total investor mencapai 5,9 persen.

(mdk/bim)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Resmi Ditutup, OJK Harap BFN-IFSE 2023 Tingkatkan Literasi Teknologi Keuangan Digital
Resmi Ditutup, OJK Harap BFN-IFSE 2023 Tingkatkan Literasi Teknologi Keuangan Digital

Sektor fintech syariah dapat terus tumbuh dan mampu menjawab kebutuhan keuangan konsumen Muslim di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Wapres Minta Jabar Maksimalkan Potensi Keuangan Syariah
Wapres Minta Jabar Maksimalkan Potensi Keuangan Syariah

Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin meminta Jawa Barat sebagai salah satu penopang pertumbuhan ekonomi nasional bisa memaksimalkan potensi keuangan syariah.

Baca Selengkapnya
Kredit Perbankan Tumbuh 12 Persen, Bank Indonesia Ungkap Faktor Penopangnya
Kredit Perbankan Tumbuh 12 Persen, Bank Indonesia Ungkap Faktor Penopangnya

Pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan dan investasi korporasi yang diperkirakan terus meningkat.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Prabowo Beri Sinyal Bakal Larang Perusahaan BUMN Jalankan Bisnis Hotel
Prabowo Beri Sinyal Bakal Larang Perusahaan BUMN Jalankan Bisnis Hotel

Prabowo menilai, dukungan terhadap keberlangsungan bisnis sektor swasta akan mendorong aliran modal masuk ke Indonesia lebih tinggi lagi.

Baca Selengkapnya
Bangun Bisnis dengan Modal Rp2 Juta, Penjual Elektronik di Gang Sidoarjo Kini Punya Omzet Miliaran Rupiah Tanpa Utang Bank
Bangun Bisnis dengan Modal Rp2 Juta, Penjual Elektronik di Gang Sidoarjo Kini Punya Omzet Miliaran Rupiah Tanpa Utang Bank

Awal merintis bisnisnya, Sueb mendapat omzet puluhan juta. Kini Sueb mampu meraih omzet hingga miliaran rupiah.

Baca Selengkapnya
Menteri Bahlil Kaget Pajak Hiburan Naik Hingga 75 Persen: Ini Mengganggu Iklim Investasi
Menteri Bahlil Kaget Pajak Hiburan Naik Hingga 75 Persen: Ini Mengganggu Iklim Investasi

Bahlil menilai kenaikan tarif pajak hiburan ini bisa berdampak terhadap perkembangan bisnis di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya
Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya

Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.

Baca Selengkapnya
Impor Indonesia di Desember 2023 Turun, Nilainya Hanya USD 19,11 Miliar
Impor Indonesia di Desember 2023 Turun, Nilainya Hanya USD 19,11 Miliar

Impor barang modal mengalami persentase penurunan terdalam yaitu turun sebesar 10,51 persen.

Baca Selengkapnya
Prabowo Tegaskan Komitmen untuk Wujudkan Kemandirian Industri Pertahanan
Prabowo Tegaskan Komitmen untuk Wujudkan Kemandirian Industri Pertahanan

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menegaskan komitmennya untuk mengembangkan dan mewujudkan kemandirian industri pertahanan dalam negeri.

Baca Selengkapnya