Furnitur bekas rel dan kursi zaman Titanic diburu pembeli asing
Merdeka.com - Pengunjung International Furniture & Craft Fair Indonesia (IFFINA) di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, sangat beragam dan hadir dari 150 negara. Meski demikian, minat pengunjung membeli produk-produk olahan kayu dan rotan di pameran itu berbeda-beda.
Menurut Bingah dari CV Yudhistira asal Surakarta, untuk furnitur dalam ruangan (indoor) saat ini sedang banyak permintaan meja dan lemari memakai kayu bekas bantalan rel. Dia menyatakan tren itu marak dua tahun terakhir. Meski bervariasi, setiap bulan bisa sampai dua kontainer furnitur bekas kayu rel yang dikirim ke luar negeri.
"Kalau indoor sekarang yang ramai model-model furnitur berbahan kayu recycle rel bekas, itu permintaan banyak sekali dari Belanda dan Australia," ujarnya di sela-sela pameran, Selasa (12/3).
Bingah menyatakan produk yang memakai kayu bekas bantalan rel bercirikan retak dan tidak mulus seperti furnitur biasa. Dia memperkirakan, pembeli asing doyan dengan jenis kayu itu karena terbukti awet puluhan tahun. Apalagi rel kebanyakan dibangun sejak zaman Belanda. Alhasil, produk furnitur memakai kayu bekas rel dijual relatif mahal, paling murah USD 125.
"Kayunya tidak mudah kena hama, hancurnya bukan karena cuaca, tapi karena lebih dari 50 tahun dilewati kereta api," kata Bingah.
Pengusaha asal Jawa Tengah ini khawatir tren ini surut ketika kayu rel sulit dicari. Bingah mengakui pengrajin mebel dan furnitur sekarang memang diuntungkan selepas banyak bantalan rel digantikan beton oleh PT KAI. "Kita kalau beli dari lelang KAI, tapi memang carinya sulit," akunya.
Sementara untuk furnitur luar ruangan (outodoor), seperti meja dan kursi santai taman, tidak banyak perubahan tren. Ninik dari Mirota Furniture menyebut salah satu jualannya yang selalu laris adalah kursi steemer.
Produk ini adalah kursi panjang buat bersantai yang kerap dijumpai di pinggir kolam. Dia berseloroh saat kapal Titanic tenggelam seabad lampau saja kursi tersebut sudah lazim dibuat. Dari data Mirota, Eropa masih gemar berburu kursi jenis steemer, terutama jelang musim semi.
"Kalau outdoor atau garden furnitur tidak banyak perubahan (tren). Ini kursi steemer sudah dipakai sejak kapal Titanic tenggelam 1912, sampai sekarang masih dipakai dan bentuknya tidak berubah," papar Ninik yang mengaku kerap memasok kursi santai itu ke ritel internasional Carrefour asal Perancis dan Osdillek dari Turki.
Pengusaha asal Yogya ini mengaku mengikuti Pameran IFFINA tidak dengan target muluk. Namun Ninik enggan berbagi target penjualan. "Jadi kalau bisa ya kembali biaya ikut pameran ini, lebihnya yang untung," ungkap wanita yang 100 persen mengandalkan penjualan ke luar negeri.
IFFINA diselenggarakan selama 11-14 Maret di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat. Pamera ini diikuti 252 pengrajin, dan diharapkan menggaet 4.000 buyers dari 150 negara.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seluas 8 Hektar, 10 Potret Pabrik Furniture dan Pakaian Milik Momo Eks Geisha di Malang
Selain dikenal sebagai artis, Momo juga merupakan seorang pengusaha sukses. Bersama suami tercinta, Momo menjalani bisnis furniture dan baju di Malang.
Baca SelengkapnyaAwalnya Iseng, Ibu Rumah Tangga di Serang Sukses Jualan Aksesori sampai Beromzet Ratusan Juta Rupiah
Bermula dari keisengannya menjual aksesori handmade, ibu rumah tangga di Kota Serang ini raup cuan ratusan juta rupiah
Baca SelengkapnyaMengunjungi Pasar Loak Lemahwungkuk di Cirebon, Surganya Perkakas Rumah Tangga sampai HP Bekas
Di sini berbagai jenis barang bekas tersedia, mulai dari perkakas, HP sampai kursi roda.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Cara Memilih Tas Wanita Lokal, Harga Terjangkau dan Berkualitas
Beberapa cara memilih tas wanita lokal yang berkualitas dengan harga terjangkau.
Baca SelengkapnyaCara Memilih Mukena Bahan Rayon untuk Lebaran 2024, Jangan Sampai Salah Pilih
Cara tepat untuk memilih mukena berbahan rayon agar pas dan nyaman saat dipakai, cocok untuk lebaran 2024.
Baca SelengkapnyaAwal Tahun, Bea Cukai Bantu Ekspor Sarung Tangan Asli Kalasan ke Jepang, Nilainya Rp1,1 Miliar
Perusahaan tersebut mengekspor sarung tangan sebanyak 339 karton
Baca SelengkapnyaMengunjungi Rumah Kerajinan Yu Payem Kulon Progo, UMKM Binaan BRI yang Sukses Mendunia
Industri kerajinan anyaman milik Payem ini memproduksi berbagai macam barang home decor berbahan baku serat alam.
Baca SelengkapnyaDagangan Tak Laku Sama Sekali, Pasangan Paruh Baya Ini Menangis Haru saat Ada Pembeli Borong Jualannya
Setiap orang memiliki besaran rezekinya masing-masing.
Baca SelengkapnyaDemi Bisa Pulang Kampung, Seorang Ibu Tega Jual Bayinya Seharga Rp4 Juta
Seorang ibu muda tega menjual bayinya demi bisa pulang kampung.
Baca Selengkapnya