Februari 2020, ICP Turun Menjadi USD 56,61 per Barel
Merdeka.com - Harga minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada Februari 2020 ditetapkan mencapai USD 56,61 per barel, turun sebesar USD 8,77 per barel dari USD 65,38 per barel pada Januari. Penurunan tersebut merupakan dampak penyebaran Virus Corona (Covid-19).
Dikutip dari situs resmi Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jumat (6/3), Tim Harga Minyak Indonesia memaparkan penurunan juga dialami ICP SLC pada Februari 2020 yang mencapai USD 57,18 per barel, turun sebesar USD 8,59 per barel dari USD 65,77 per barel pada Januari 2020.
Harga minyak mentah di pasar international tertekan akibat penyebaran virus corona di China yang meluas ke berbagai negara, antara lain Korea Selatan, Italia, Iran. Imbasnya menciptakan kekhawatiran atas kondisi ekonomi global dan penurunan permintaan minyak mentah.
Selain penyebaran virus corona, penurunan harga minyak mentah utama di pasar internasional pada Februari 2020 juga disebabkan oleh sentimen negatif pasar atas ketidakpastian sikap Rusia terhadap rencana OPEC+ untuk melakukan tambahan pemotongan produksi minyak mentah sebesar 600.000 barel per hari.
Penyebab Lain
Penyebab lainnya adalah International Energy Agency (IEA) dan OPEC melaporkan penurunan proyeksi permintaan minyak mentah global 2020 sebagai berikut:
IEA melaporkan proyeksi permintaan minyak mentah global di 2020 turun sebesar 500.000 barel per hari menjadi 100,1 juta barel per hari.
OPEC melaporkan proyeksi permintaan minyak mentah global di tahun 2020 turun sebesar 250.000 barel per hari menjadi 100,98 juta barel per hari.
Energy Information Administration (EIA) melaporkan peningkatan stok minyak mentah AS pada Februari 2020 sebesar 8,3 juta barel menjadi sebesar 443,3 juta barel dibandingkan bulan Januari 2020.
Untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah utama juga dipengaruhi oleh penurunan permintaan produk minyak mentah di China, akibat penyebaran virus covid-19 yang mengakibatkan tidak beroperasinya transportasi umum dan rendahnya aktivitas ekonomi di negara tersebut. Selain itu, melambatnya pertumbuhan ekonomi India.
Reporter: Pebrianto Eko Wicaksono
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ternyata, Indonesia Banyak Impor Mesin Sepanjang Januari 2024
Untuk rinciannya, nilai impor mesin/peralatan mekanis mencapai USD 123,79 juta atau tumbuh 4,52 persen.
Baca SelengkapnyaIndonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global
Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaUsai Tertahan di Februari 2024, Harga BBM Pertamina Bakal Naik Usai Pemilu?
Usai Pemilu 2024, Arifin pun mempersilakan penjualan BBM non-subsidi kepada masing-masing badan usaha, mengikuti pergerakan harga minyak dunia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Cukai Rokok Naik 10 Persen Mulai 1 Januari 2024, BPS: Bakal Berdampak ke Inflasi
Meski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.
Baca SelengkapnyaMenkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan
Budi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaJokowi Sebut Harga Beras Naik karena Perubahan Iklim Sebabkan Gagal Panen
Jokowi menjelaskan kenaikan harga beras tidak hanya terjadi di Indonesia, namun seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaHarga Beras Meroket, Inflasi Naik Jadi 2,75 Persen di Februari 2024
Harga Beras Meroket, Inflasi Naik Jadi 2,75 Persen di Februari 2024
Baca SelengkapnyaBaru 5 Bulan, Transaksi Bursa Karbon Nilainya Sudah Rp31,36 Miliar
Hingga 29 Februari 2024, tercatat transaksinya sebesar 501.910 ton Co2 ekuivalen.
Baca SelengkapnyaIndonesia Kembali Impor Beras di 2024, Jumlahnya 2 Juta Ton
Upaya Bulog untuk mendatangkan impor beras kali ini akan jauh lebih mudah dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca Selengkapnya