Ekspor melorot, Kemendag janji seimbangkan negara mitra dagang
Merdeka.com - Kementerian Perdagangan mengakui ekspor non-migas yang jadi andalan selama neraca terbebani impor minyak, melorot pada periode Juli 2014.
Penjualan komoditas unggulan seperti sawit, batu bara, pakaian jadi, hingga mesin dan peralatan mekanik bulan lalu hanya mencapai USD 11,63 miliar. Turun 7,86 persen dibandingkan Juni 2014 yang mencapai USD 12,62 juta. Penurunan ekspor nonmigas itu mencapai 9,17 persen.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menegaskan, pelemahan ekspor itu karena fokus para pengusaha nasional adalah menjaga pasokan barang untuk Lebaran.
"Kinerja ekspor tersebut mengikuti pola tahun-tahun sebelumnya, terutama dalam menghadapi bulan Puasa dan Idul Fitri cenderung mengalami penurunan," ujarnya dalam jumpa pers di Kantor Pusat Kemendag, Jakarta, Selasa (2/9).
Untuk menjaga kinerja ekspor nonmigas bulan-bulan mendatang dapat melonjak, Bayu melihat perlu ada penyeimbangan penjualan baik ke negara mitra tradisional, maupun negara-negara pasar baru.
Dari data Juli lalu, India dan Amerika Serikat yang masuk kategori mitra dagang tradisional masih menyumbang surplus non-migas yang besar.
Ambil contoh AS walau ekspor ke sana tumbuhnya negatif, tapi masih menyumbang surplus hingga USD 1,2 miliar, dan termasuk 12 persen dari total ekspor Indonesia.
Di sisi lain ada pasar-pasar ekspor baru yang pertumbuhannya luar biasa tapi secara nominal masih kecil. Misalnya ekspor dari Tanah Air ke Tanzania yang melonjak 195 persen (MoM), Ukraina tumbuh 130 persen, serta Peru 196 persen.
"Strateginya, tetap kita jaga pasar-pasar kita, tapi kita terus jaga emerging market yang punya growth tinggi. Kita gabungkan dua target pasar itu," kata Bayu.
Di luar pelemahan ekspor non-migas, dengan turunnya angka impor sepanjang Juli 2014 sebesar 10,5 persen menjadi USD 14,1 miliar, Kemendag merasa ekonomi Indonesia stabil, bahkan cenderung membaik.
Khususnya karena surplus neraca perdagangan berlanjut bulan lalu, sebesar USD 123,7 juta. Ini lebih baik dibanding Juli 2013, yang mana neraca defisit hingga USD 2,3 miliar.
Sesuai fenomena beberapa tahun terakhir, asal ada perubahan dari sisi impor minyak dan gas, kinerja perdagangan pasti lebih moncer.
"Kita masih harus menanggung beban defisit migas. Ini membuat neraca secara keseluruhan tertekan," kata Bayu menegaskan.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
PHE hingga Juni 2023 mencatatkan produksi minyak sebesar 570 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas 2757 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Baca SelengkapnyaNegara Afrika dan Amerika Latin dipilih menjadi alternatif karena rute pengiriman tidak melintasi Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaSelain transportasi minyak, Pertagas juga mencatat kenaikan kinerja transportasi gas sepanjang 2023 menjadi 526.461 MMscf atau 108,37 persen.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Merauke memiliki potensi pertanian yang besar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri khususnya di Indonesia bagian timur.
Baca SelengkapnyaTambahan kuota impor ini jadi pelengkap izin impor sebanyak 2 juta ton yang sudah diproses lebih dahulu.
Baca SelengkapnyaIndonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaImpor beras dari Kamboja untuk memenuhi kebutuhan stok beras menjelang Idul Fitri 1445H.
Baca SelengkapnyaJika pengembangan lapangan migas terus tertunda, maka diperkirakan di tahun 2042, Indonesia akan menjadi negara pengimpor net migas.
Baca SelengkapnyaPemberian kompor induksi ini bertujuan untuk mengurangi impor gas LPG.
Baca Selengkapnya