Merdeka.com - Ekonom Faisal Basri menyalahkan pandangan yang menyebut bahwa penaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi menambah jumlah penduduk miskin. Menurutnya, kemiskinan meningkat disebabkan oleh konsumsi rokok dan lonjakan harga pangan pokok.

"Pernyataan kenaikan harga BBM memiskinkan itu mitos, harus diperangi. Yang bikin tambah miskin itu naiknya harga beras dan (pembelian) rokok," kata Faisal dalam forum diskusi ekonomi politik "Subsidi BBM, Solusi atau Masalah?", Jakarta, Minggu (7/9).

Dia menyebut, pada rentang 2008-2014, penaikan harga BBM subsidi hanya 8,3 persen atau Rp 500 dari Rp 6 ribu per liter menjadi Rp 6.500 per liter. Sementara, harga beras sepanjang periode sama hanya naik 75,8 persen, dari Rp 6.441 per kilogram menjadi Rp 11.321 per kilogram.

Dengan demikian, lanjutnya, ada dua hal harus dilakukan pemerintah untuk mengurang kemiskinan. Yaitu, menurunkan harga pangan pokok dan menaikkan tarif cukai rokok. "Jadi turunkan lah harga beras. Lalu menaikkan cukai rokok dua kali lipat, dan menjauhkan orang miskin dari rokok," ujarnya.

Data menyebutkan pada rentang tahun 2008 hingga 2014 kenaikan bensin hanya 8,3 persen dari Rp 6.000 menjadi Rp 6.500, sedangkan kenaikan harga beras pada rentang tahun tersebut sebesar 75,8 persen dari Rp 6.441 menjadi Rp 11.321.

Atas dasar itu, Faisal mendorong pemerintah agar tidak ragu menaikkan harga BBM subsidi. Idealnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menaikkan harga komoditas energi itu sebesar Rp 1.800 per liter guna mendapatkan penghematan anggaran Rp 55 triliun.

"Selanjutnya, Presiden terpilih Joko Widodo bisa kembali menaikkan harga BBM pada Februari 2015," katanya.