Merdeka.com - Penarikan pajak bandara atau yang lebih dikenal dengan airport tax oleh pihak pengelola bandara, yaitu Angkasa Pura menjadi pertanyaan. Pasalnya, penarikan dana tersebut tidak diiringi dengan perbaikan fasilitas pendukung bandara.

Pajak bandara yang dikenakan kepada penumpang memang bervariasi, untuk penerbangan domestik, Angkasa Pura mematok tarif airport tax pada Rp 30.000 hingga Rp 40.000. Sementara untuk luar negeri dipatok Rp 140.000 per orang.

Pengelola uang ini adalah pihak PT Angkasa Pura yang mengaku penggunaan dana tersebut untuk cost recovery bandara atau perbaikan fasilitas bandara yang rusak. Namun untuk Soekarno Hatta saja fasilitas bandara dinilai masih jauh dari kesempurnaan.

Melihat kondisi ini, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi V akan menanyakan perihal penggunaan atau alokasi dana tersebut kepada pihak Angkasa Pura karena dia menilai fasilitas bandara khususnya Soekarno Hatta yang merupakan bandara Internasional harusnya sama dengan bandara di Hongkong, Singapura, Malaysia dan Belanda.

"Jika memang ada hal yang disinyalir seperti itu, kita akan mempertanyakan. Kita akan sampaikan dan memperkirakan, walaupun tidak masuk di dalam kas itu pasti peruntukannya tidak karena dia pasti takut sama KPK dan BPK. Fasilitas bandara sendiri harus ditingkatkan. Ada waktu luang kita akan panggil," ungkap Anggota Komisi V DPR RI, Malkan Amir ketika ditemui di DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (6/9).

Menanggapi ini, Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti mengaku layanan bandara hingga saat ini belum maksimal. Namun, dia meminta bagian yang tidak maksimal sebagian dari bandara ini jangan digeneralisir. "Tapi memang ada layanan yang kurang tapi jangan satu titik merusak susu sebelanga," tukas Herry Bakti ditempat yang sama.

Dia menilai angka pungutan bandara sebesar Rp 40.000 untuk satu penumpang sekali terbang ini masih pas saat ini. Semua dana tersebut, lanjut dia, digunakan untuk membenahi fasilitas bandara yang masuk dalam cost recovery Angkasa Pura.

Belum lama ini, Menteri BUMN Dahlan Iskan kembali bertindak diluar perkiraan. Dahlan sebagai menteri membersihkan atau mengepel lantai bandara terminal 2F karena terlihat sangat kotor.