Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi, Bos BI Buka Ruang Turunkan Suku Bunga
Merdeka.com - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengakui adanya penurunan kegiatan ekonomi akibat Covid-19. Untuk mengantisipasi ini, BI bersama pemerintah, dalam hal ini Kementerian Keuangan (Kemenkeu) fokus untuk menyokong dari sisi fiskal dan moneter.
"Kuartal II kami sama-sama memandang memang ada penurunan kegiatan ekonomi karena Covid. Kami sepakat sama bu Menteri untuk fokus pada absorbsi anggaran agar ekonomi tumbuh. Stimulus fiskal bisa menggeliatkan ekonomi dengan baik dan kita harapkan di kuartal III atau kuartal IV mulai meningkat," ujar Perry dalam Rapat Kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR, Kamis (9/7).
Perry merencanakan akan menelurkan stimulus dari sisi moneter dengan penurunan suku bunga, dan dia menyebut masih ada ruang untuk penurunan selanjutnya jika nanti diperlukan.
"Kami memberikan stimulus dari sisi moneter penurunan suku bunga. Kami sudah turunkan tiga kali. Kami masih ada ruang dan akan kami tambah. Kami terus stabilisasi Rupiah, penurunan yield SBN juga kami melakukan pendanaan atau QE Rp614,28 triliun. Juga kami bantu elektronifikasi bansos supaya cepat sampai. Itu komitmen kami berdua mempercepat pemulihan ekonomi," urainya.
Selain itu, BI bersama Kemenkeu juga sepakat untuk mempercepat absorbsi anggaran pendanaan, sesuai arahan Badan Anggara (Banggar) DPR. "Dan sudah disetujui oleh Komisi XI untuk pendanaan terkait Kemenkes, bansos, pelayanan umum yang Rp397,56 triliun sudah dari BI. Sehingga tidak perlu mikir lagi, Pemerintah cukup percepat absorbsi anggaran," kata Perry.
"Selebihnya, tentu saja akan dikeluarkan dari pasar untuk UMKM dan korporasi dan UMKM kami tanggung bebannya. Sehingga pemerintah hanya menanggung reverse repo dikurangi 1. Jadi ya 3,3 persen kemarin sudah kami bahas dan Komisi XI DPR sepakat mengenai jatuh temponya," tutupnya.
Waspada Kemerosotan Ekonomi
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani mengakui bahwa kondisi ekonomi yang diserang pandemi Covid-19 menjadi begitu dramatis. Sebab, setelah pembukaan kembali aktivitas ekonomi di beberapa negara, justru dibarengi dengan peringatan second wave atau gelombang kedua dari pandemi.
"Ini menggambarkan betapa perubahan dari kondisi ekonomi berjalan sangat begitu cepat dan drastis hanya dalam kurun waktu dua kuartal saja," ujar dia dalam Rapat Kerja dengan Badan Anggaran DPR, Kamis (9/7).
"Angka kuartal II sudah indikasikan penurunan ekonomi di semua negara. Kuartal II menunjukkan kemerosotan yang sangat drastis dan perlu kita waspadai, Indonesia bisa di atas (minus) 6 persen. Bahkan diperkirakan hingga -12 pada kuartal II. Negara-negara maju seperti AS, Inggris, Jerman dan Jepang bahkan kontraksinya mendekati 10 persen atau double digit," sambungnya menguraikan.
Untuk itu, Menkeu menjelaskan bahwa perlu terus meningkatkan kewaspadaan untuk menangani Covid-19 ini. Sebab, bagaimanapun situasi ekonomi masih belum bisa dipastikan, mengingat perkembangan virus yang belum sepenuhnya dapat dipelajari.
"Kita harus terus menaikkan kewaspadaan dan kemampuan kita dalam menangani Covid-19 ini. Kita tahu masalah ini terjadi pembatasan sosial dan kegiatan ekonomi sosial masyarakat menyebabkan dampak meluas di bidang sosial ekonomi. Dan berpotensi memberi dampak serius pada sektor keuangan," pungkas dia.
Reporter: Pipit Ika
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Putuskan Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6 Persen
kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Dapat Bisikian soal The Fed Bakal Turunkan Suku Bunga Acuan
Saat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Gubernur BI Beberkan Penyebab Menguatnya Nilai Tukar Dolar AS, Buat Rupiah Tak Berdaya
Hal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaKeuangan Masyarakat Sudah Pulih, Kadin Proyeksi Perputaran Uang Selama Lebaran Tembus Rp157,3 Triliun
Dengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca SelengkapnyaPemerintah Klaim Reformasi Birokrasi 2023 Berhasil, Buktikan dengan Turunnya Angka Kemiskinan
Melalui rencana aksi reformasi birokrasi di sektor ini, pemerintah mengklaim berhasil menekan angka inflasi sebesar 2,61 persen di 2023.
Baca SelengkapnyaHasto Sebut Prabowo-Gibran Didukung Kekuatan 30 Persen Penyumbang Perekonomian Nasional
Hasto menyebut Prabowo-Gibran didukung kekuatan besar
Baca SelengkapnyaMengungkap Alasan Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Februari 2024
Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaGubernur BI: Kredit Perbankan Tumbuh 9,7 Persen Pada November 2023
Peningkatan kredit atau pembiayaan didorong oleh peningkatan permintaan kredit sejalan dengan tetap terjaganya kinerja korporasi.
Baca Selengkapnya