Merdeka.com - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati menyayangkan perilaku gila belanja masyarakat, khususnya saat pesta diskon seperti Lebaran dan akhir tahun. Pasalnya, warga Indonesia hanya melihat dari sisi harga tak mempedulikan aspek kualitas.

Menurutnya, sifat masyarakat saat ini justru merugikan diri sendiri. "Daya beli masyarakat yang masih rendah juga mempengaruhi preferensi mereka. Akhirnya, enggak peduli kalau barangnya itu kualitasnya jelek," tegasnya kepada merdeka.com di Jakarta.

Enny menilai, kegemaran masyarakat berburu diskon, salah satunya dipengaruhi oleh tingkat inflasi. "Misalnya begini, sekarang dengan pendapatan seseorang misal Rp 2 juta per bulan, tapi sekarang LPG naik, listrik naik. Itu yang membuat daya beli masyarakat rendah, termasuk THR juga tidak terlalu berpengaruh," jelasnya.

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Pusat Perbelanjaan Indonesia, Handaka Santosa, mengakui biasanya diskon besar diberikan kepada barang stok lama pedagang.

"Diskon ini diberikan kepada barang-barang yang diharapkan segera cuci gudang untuk digantikan dengan barang baru. Soalnya kan kalau barang lama enggak habis, barang baru enggak bisa didisplay," jelasnya.