Merdeka.com - Nilai tukar rupiah semakin tak berdaya menghadapi kekuatan dolar Amerika (USD). Rupiah hampir menginjak angka Rp 13.000 per USD. Disebut-sebut, angka terendah sejak krisis 1998.

Meski rupiah terpuruk, pemerintah kabinet Jokowi-JK tetap mengklaim kondisi Indonesia cukup baik. "Pemerintah melihat kondisi internal kita bagus. Kondisi politik saya pikir sekarang yang terbagus," ujar Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (16/12).

Untuk kesekian kalinya, Sofyan justru memuji kinerja kabinet di bawah komando Presiden Joko Widodo selama dua bulan terakhir.

"Artinya, presiden baru dua bulan, popularitasnya tinggi sekali, kabinet yang benar-benar kerja," tuturnya.

Mantan Menteri BUMN era Presiden SBY ini menuturkan, sepanjang tahun ini Rupiah mengalami depresiasi sekitar 4,5 persen. Dia menyebut pelemahan Rupiah masih lebih baik dibanding mata uang negara lain.

"Kalau Anda melihat negara lain, Yen misalnya apakah itu by design tapi depresiasinya sampai dengan 15 persen. Malaysia ringgit dan Thai Bath depresiasinya sekitar 6 persen. Singapura memang depresiasi lebih rendah daripada kita," paparnya.

Dari situ Sofyan menyimpulkan depresiasi mata uang terjadi hampir di seluruh negara di Asia. Bahkan di Amerika Latin. "Mata uang Rusia hari ini mengalami depresiasi yang luar biasa," tuturnya.